Wednesday, August 19, 2015

Bandung 20 Agustus 2015 | Carine LEROY-BRAHAM | Embodied | at Lawangwangi

<img src="https://mail.google.com/mail/?ui=2&ik=800e19f5b3&attid=0.1&th=14f41da376b1a844&view=fimg&rm=14f41da376b1a844&sz=w1600-h1000&attbid=ANGjdJ_xrlQHwgkblnAfGcoNRk3scFmsP_ZUgSXu_sxAn-Okbf3a1V1KXKRcBX01vu7v5o0wCOWi5-e55CEgCAA25h85fJwyAX89pgjE5EnKrPFeA9zBk0yKTf6tHg4&disp=emb&zw">

 

 

Kamis, 20 Agustus 2015, pukul 19.00 - Selesai.

Lawangwangi Creative Space

Jl. Dago Giri 99

 

Carine Leroy-Braham: Embodied

Karya-karya Carine pada pameran dengan tajuk Embodied berpangkal dari tema yang kerap diusungnya, yaitu Eros dan Thanatos. Eros kerap dimaknai sebagai hasrat seksual, namun dalam psikologi Freudian makna Eros menjadi lebih luas, yaitu insting untuk hidup, dan Thanatos adalah  insting pada kematian. Kedua insting tersebut mendasari sikap hidup manusia. Hasrat seksual, mencari kesenangan, menghidari penderitaan dan "takut" pada kematian kiranya merupakan aspek yang melekat pada setiap manusia. Menjadi hakekat sikap manusia. Di sisi lain, kebudayaan dan peradaban sesungguhnya merupakan  konstruksi yang bertujuan untuk merepresi dorongan Eros dan Thanatos. Hal ini kerap menimbulkan benturan, antara nilai-nilai dalam masyarakat dengan individu. Demikian pula kebutuhan mendasar untuk hidup serta upaya menghindari penderitaan dan kematian kerap melahirkan perseteruan, kekerasan dan agresi antar manusia. Wajah dunia yang carut marut, hipokrisi peradaban, dan dystopia dunia menurut Carine disebabkan hilangnya harmoni dari kedua kutub tersebut, Eros dan Thanatos.

 

Karya-karya Carine bicara mengenai keseimbangan antara daya hidup dan insting kematian. Antara dunia wadak dan batin. Daya hidup yang tidak menghasilkan agresi pada pihak lain. Intinya, dualitas yang selaras. Melalui karya-karyanya Carine membangun dunia utopia. Hal itu bukanlah pelarian, namun berangkat dari keyakinan, nurani dan dorongan berbagi melalui karya seni.  Karena itu imaji utopis Carine bukanlah gambaran dunia impian, sebaliknya sepintas adalah kekelaman dan horor. Tengkorak bertebaran dalam ruang pameran, di atas permukaan kanvas dan di atas pedestal bersanding dengan palus. Lukisan-lukisan Carine selalu menampakkan perpaduan warna gelap dengan warna terang. Demikian pula tengkorak  yang selalu tampil dengan obyek lain, seperti rangkaian bunga,  mahkota dan bunga lotus, seperti perpaduan antara kehidupan dan kematian. Semacam ajakan untuk mengisi kehidupan dengan baik agar tak kawatir pada kematian. Kendati Carine menampilkan palus sebagai representasi eros, namun palus tersebut tampak lembut, seperti menyatukan aspek maskulin dan feminin. Bukankah benih kehidupan manusia bermula dari "bersatunya" pria dan wanita. Demikian pula tengkorak—yang biasanya berkesan maskulin--tampil feminine dengan lengkung yang halus dan tanpa rahang bawah.  

 

Karya-karya Carine menunjukkan pentingnya mewujudkan kesatuan yang harmonis antara jiwa dan raga, antara kehendak hidup dan mati, antara dunia dan akhirat. Antara masa lalu, kini dan masa mendatang. 

Asmudjo J. Irianto, 2015.

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment