Monday, October 28, 2013

“Affiliates” Pameran oleh: Rubseight&Ayash L. Pembukaan: Selasa, 29 Oktober 2013 pk 19.00 di ViaVia Jogja

"Affiliates"
Pameran oleh:
 Rubseight&Ayash L.
 Pembukaan: Selasa, 29 Oktober 2013, jam 19.00 s/d 22.00
di ViaVia Jogja
Jl. Prawirotaman 30 Yogyakarta
Dibuka oleh: 
Helly KKK
Musik Oleh: DJ. Paws
Berawal dari sebuah obrolan ringan dari dua orang teman (Rubseight dan Ayash) yang memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda namun sama-sama memiliki ketertarikan dalam seni visual dan berproses menciptakan karya seni, muncul ide untuk mengadakan sebuah pameran seni visual untuk merepresentasikan hasil karya mereka agar dapat di apresiasi masyarakat luas.
Rubs dan Ayash memang tidak mengenyam pendidikan formal di bidang seni rupa, proses berkesenian mereka didapat secara otodidak. Ketertarikan Rubs di bidang seni dimulai sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berkembang lebih jauh saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jogjakarta. Ilustrasi sampul album band-band favorit yang dikoleksinya memberi pengaruh yang kuat dalam proses berkeseniannya, terlebih ketika dia meraih juara pada lomba mural tingkat SMA yang diikutinya semakin menguatkan keinginannya untuk terus berkesenian. Setelah lulus SMA tahun 2004, Rubs pindah ke Bogor, di sana Rubs sering melihat graffiti karya anak-anak Jakarta, dan membuatnya tertarik pada dunia Street Art. Tahun 2005 Rubs mulai aktif membuat graffiti di beberapa spot di Bogor hingga kembali lagi ke Jogja di tahun 2007 dan aktif berkesenian hingga sekarang.
Sementara Ayash sudah memiliki ketertarikan pada dunia seni sejak ia kecil, hobinya menggambar pada kertas didukung dan dipengaruhi oleh ayahnya yang juga memiliki passion dalam bidang yang sama. Ayash bahkan sudah aktif mengikuti beberapa kegiatan kesenian sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat menginjak bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Ayash memiliki ketertarikan baru di bidang sastra yang kemudian mempengaruhi beberapa karyanya secara lebih emosional.
Latar belakang pekerjaan mereka yang berbeda (Rubs berprofesi sebagai Tatoo Artist dan ilustrator lepas, Ayash memiliki usaha kuliner dan juga sebagai ilustrator lepas), dan juga proses berkesenian mereka yang didapat secara otodidak menjadi tambahan ''warna'' yang unik disetiap karya mereka. Karya-karya yang dihasilkan layak menjadi artefak seni yang patut diapresiasi. Mereka yakin bahwa hadirnya karya di depan publik adalah suatu proses yang harus ditempuh, juga salah satu cara untuk berbagi dan mendapatkan apresiasi dalam lingkup yang lebih luas, dengan harapan dapat memunculkan semangat baru bagi teman-teman yang memiliki latarbelakang yang sama untuk lebih serius mendalami proses berkesenian dan menjadi salah satu "mata rantai" regenerasi seniman berikutnya. 
Informasi lebih lanjut dan minat karya dapat menghubungi:
Rennie "EmonK"    | +62-818-022-21-8-82       |semanismadu@gmail.com

"Affiliates"
Visual Art Exhibition by: Rubseight&Ayash L.
 Opening: Tuesday, 29 October 2013, start from 7-10 PM
at ViaVia Jogja
Jl. Prawirotaman 30 Yogyakarta
Officiated by: Helly KKK
Music by: DJ. Paws
 
The idea of conducting an exhibition of visual arts that presents the art works of two friends, Rubseight and Ayash, came up in a casual chat between the two of them. They have different work backgrounds but they are interested in visual arts. The aim of the exhibition is that their works will be appreciated by the public.
Rubs and Ayash did not study fine arts at a formal level; rather, they learned autodidactically, through self-teaching. Rubs has been interested in arts since middle school, and while in high school in Yogyakarta his passion for them deepened even further. His collection of album cover illustrations of his favorite bands strongly influenced his artistic process, as shown especially when he won a mural competition in high school. After graduating from high school in 2004, he moved to Bogor. There, he often saw the graffiti made by people from Jakarta, which piqued his interest in Street Art. In 2005, Rubs started to make his graffiti in some spots in Bogor. In 2007, he came back to Jogja and he is still actively involved in the art scene.
Meanwhile, Ayash has been interested in arts since she was a kid. Her hobby of drawing on paper was influenced and supported by her father, who is passionate about the same field too. Ayash has even been actively involved in some artistic activities since primary school. When she was in high school, she was also interested in literature, which later exerted a more emotional influence on some of her works.
The different backgrounds of their jobs (Rubs is a tattoo artist and freelance illustrator, while Ayash runs a culinary business and is also a freelance illustrator) and their self-taught skill in arts give their art works a unique "color." Their works can be rightly considered artifacts of art deserving of deep appreciation. They believe that works of art must be exhibited in public as a way to share and get broader recognition in the hope that it will inspire others from similar backgrounds to engage more seriously with their artistic endeavors as one way to help give rise to future generations of artists.
 
For further information and inquiries about the works, please contact:
Rennie "EmonK"   semanismadu@gmail.com

Saturday, October 26, 2013

Undangan Pembukaan Pameran Seberkas Kenangan Indonesia Dalam Kaca

Seberkas Kenangan Indonesia dalam Kaca

Indonesia through "The Looking Glass"

 kurator: Amir Sidharta

 

diselenggarakan oleh:

Erasmus Huis, 3Buwana Musea Komunika & Pusat Dokumentasi Arsitektur

 

Mengundang anda pada acara

 

Pembukaan Pameran:

On Monday, 28th October - 8th November 2013

At ERASMUS HUIS

HR Rasuna Said Kav. S-3 Kuningan Jakarta 12950

Telephone: (+62) 21 524 1069

 

 

Sejak pertengahan abad 19, banyak fotografer yang ditugaskan untuk mendokumentasikan sumber daya alam dan budaya di Indonesia (Hindia Belanda). Hasil dokumentasi mereka digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan maupun untuk hiburan, pariwisata dan sekedar memenuhi rasa ingin tahu masyarakat. Sejak itulah fotografi yang dimulai dengan penggunaan plat kaca hingga ke era digital hampir dua abad setelahnya menjadi kebutuhan sehari-hari yang esensial. Sisa dari masa awal fotografi dengan menggunakan negatif kaca tersebut masih dapat ditemukan di Indonesia dan di Belanda. Di Belanda disimpan di KITLV (The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) yang menyediakan katalognya secara online. Sedangkan di Indonesia, koleksi plat kaca disimpan di Museum Nasional (berasal dari koleksi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen/Masyarakat Seni dan Ilmu Diraja Batavia), Museum Bank Indonesia (berasal dari koleksi de Javasche Bank), Arsip Bank Mandiri (berasal dari koleksi De N.V. Nederlandsche Handel-Maatschappij), Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan di Balai Konvservasi Borubudur (berasal dari koleksi Oudheidkundige Dienst– Dinas Purbakala), Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (koleksi Van Romondt, sebagai bahan ajar dalam bentuk positif kaca).Pameran ini mencoba memperlihatkan rekaman kenangan Indonesia dalam media kaca serta sejarah fotografi dari prinsip camera obscura, perkembangan teknologi kamera (dari koleksi Museum Benteng Heritage) hingga penerapan prinsip camera obscura menjadi sebuah minat berbasis komunitas. Lacak sejarahnya di pameran ini dan temukan cara untuk menemukan koleksi ini di Indonesia.

 

 

Since the mid 19th century, many photographers were assigned to document the natural and cultural resources of Indonesia (which was at the time still known as the Netherlands Indies). The results of the works of the photographers were used for the purposes of knowledge and sciences and also for entertainment and tourism, or even just to fulfill curiosities and to entertain the society. Since then, photography, which started with the use of glass plates until the digital era of today, almost two centuries thereafter, has become a daily necessity.  What remains of the early photographic documentation on glass plates can be found in the KITLV (The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies), The Netherlands, while in Indonesia they are being cared for by the Museum Nasional (formerly the collection of The Royal Batavian Society of Arts and Sciences or Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen) and a few other institutions such as the Museum Bank Indonesia (formerly the collection of De Javasche Bank), the archives of Bank Mandiri (formerly the collection of N.V. Nederlandsche Handel-Maatschappij), and teh Directorate of Cultural Heritage Preservation and Museums of the Ministry of Education and Conservation Center of Borobudur (formerly the collection of Oudheidkundige Dienst), and Architecture Department of Institut Teknologi Bandung (from the collection of Van Romondt). This exhibition attempts to show the documentation and recording of memories of life in Indonesia in glass media through a timeline of documentary photography, while also presenting the history of photography from the principality of camera obscura, innovations on the technology of cameras (through the collection of cameras of the Museum Benteng Heritage, Tangerang) to the use of the camera obscura as a community based interest. Retrace the history here and seek how you can track the collections in Indonesia.

 

Keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:

Pusat Dokumentasi Arsitektur

Jl. Ridwan II no.21 Patal Senayan, Jakarta 12210

Telp/fax: 02157992602

e-mail: pda.pusdokars@gmail.com

www.pda-id.org

 

 

 

 

 



Wednesday, October 23, 2013

Dari IVAA & JABN: Update Program-Program Para Pemenang Hibah Karya! - Oktober 2013


> Teman-teman yang baik, sejak akhir 2012 lalu IVAA dan Jaringan Arsip Budaya Nusantara menyelenggarakan program Hibah Karya! 2013, sebuah program hibah penciptaan karya/program seni berdasarkan arsip. Kami telah memilih 11 pemenang dari program hibah ini, dan sebagian sedang menjalankan programnya masing-masing. Ini kumpulan beritanya. Terima kasih.
>
> Salam
> Farah Wardani
> IVAA
> Warta KARYA! - Oktober 2013
> Is this email not displaying correctly?
> View it in your browser.
> IDRF 2013: "Membaca dan Menulis Kembali Lakon-Lakon Teater 70-an"
>
> Auditorium IFI – LIP Yogyakarta, Jl. Sagan No.3, Yogyakarta
> 23, 24, 25 Oktober 2013 pkl. 19.00-21.30
>
> Pada penghujung Oktober ini, Jogja akan dimeriahkan kembali oleh kehadiran Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF). Festival pembacaan naskah lakon yang telah memasuki tahun keempat ini akan diadakan di Auditorium IFI – LIP, Yogyakarta, pada 23 – 25 Oktober 2013. Pada tahun ini, IDRF yang dipimpin oleh Joned Suryatmoko, peraih hibah KARYA!, memilih lakon-lakon tahun 1970-1979 yang tersimpan di Bank Naskah Dewan Kesenian Jakarta.
>
> Tiket: Gratis dengan undangan (tersedia di IFI – LIP dan Teater Garasi)
> Jadwal pembacaan: (baca lebih lanjut)
> 'Pulang' Art Project
> Pada tanggal 16-24 Agustus 2013, Ade Tanesia melakukan rangkaian penelitian serta workshop di Sungai Utik, Kalimantan Barat.  Ada tiga workshop yang Ade berikan untuk masyarakat Dayak Iban di Sungai Utik: cukil kayu, pembuatan Suling Iban dan fotografi. Workshop ini bertujuan untuk .... baca lebih lanjut
> Ketuk Pintu dan Sosialisasi ke Sekolah-Sekolah NTT
> Setelah membentuk tim kerja kreatif, Hindra Setya Rini selaku manajer program melakukan riset awal kepada staf Museum NTT, Kupang. Hindra bersama timnya telah menapakkan kaki di tanah Kupang, untuk bekerjasama dengan SMUN 3, SMUN 1, ... baca lebih lanjut
> Membongkar Arsip, Menelisik Ideologi
> Pertengahan Oktober 2013, workshop yang diadakan oleh Des Christy sudah memasuki pertemuan terakhir. Workshop penulisan Sejarah-Kritis Seni Rupa Jogja yang dimulai pada 17 Agustus 2013 ini mengajak 9 peserta yang untuk menelisik friksi, ... baca lebih lanjut
> 'Amuk–Sutardji' membunyikan arsip pembacaan puisi Sutardji Calzoum Bachri
> Penciptaan musik serta performa DANGERDOPE pada 'Amuk-Sutardji' merupakan sebuah bagian dari rangkaian project bertajuk sama yang digagas oleh GoodNews Film. Proses penciptaan musik serta event pertunjukannya oleh DANGERDOPE pada Jumat (13/9) nanti akan dikemas menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Ari Rusyadi. Film 'Amuk-Sutardji' dijadwalkan ... baca lebih lanjut
> Mengubah Arsip menjadi Pementasan yang Hidup
> Senyum ceria dan semangat siswa-siswi SMA di Kupang beberapa waktu lalu mewarnai lini masa Hibah KARYA! Beberapa orang yang langsung menyaksikan pementasan Koteklema & Kstaria Laut Lamalera pun berbagi cerita seru melalui tulisannya yang diunduh dan dapat dinikmati sekian banyak orang. Hindra Setya Rini bersama Rifqi Mansur Maya mengajak siswa-siswi beberapa SMA di Kupang untuk melakukan pementasan teater... baca lebih lanjut
>  follow on Twitter | friend on Facebook
> All photos are courtesy of Jaringan Arsip Budaya Nusantara
> Our mailing address is:
> karya@arsipbudayanusantara.or.id
> Temukan kabar lain di
> arsipbudayanusantara.or.id
>  unsubscribe from this list | update subscription preferences


Warta KARYA! - Oktober 2013
Is this email not displaying correctly?
View it in your browser.

IDRF 2013: "Membaca dan Menulis Kembali Lakon-Lakon Teater 70-an"


Auditorium IFI – LIP Yogyakarta, Jl. Sagan No.3, Yogyakarta
23, 24, 25 Oktober 2013 pkl. 19.00-21.30
Pada penghujung Oktober ini, Jogja akan dimeriahkan kembali oleh kehadiran Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF). Festival pembacaan naskah lakon yang telah memasuki tahun keempat ini akan diadakan di Auditorium IFI – LIP, Yogyakarta, pada 23 – 25 Oktober 2013. Pada tahun ini, IDRF yang dipimpin oleh Joned Suryatmoko, peraih hibah KARYA!, memilih lakon-lakon tahun 1970-1979 yang tersimpan di Bank Naskah Dewan Kesenian Jakarta.

Tiket: Gratis dengan undangan (tersedia di IFI – LIP dan Teater Garasi)
Jadwal pembacaan: (baca lebih lanjut)

'Pulang' Art Project

Pada tanggal 16-24 Agustus 2013, Ade Tanesia melakukan rangkaian penelitian serta workshop di Sungai Utik, Kalimantan Barat.  Ada tiga workshop yang Ade berikan untuk masyarakat Dayak Iban di Sungai Utik: cukil kayu, pembuatan Suling Iban dan fotografi. Workshop ini bertujuan untuk .... baca lebih lanjut

Ketuk Pintu dan Sosialisasi ke Sekolah-Sekolah NTT

Setelah membentuk tim kerja kreatif, Hindra Setya Rini selaku manajer program melakukan riset awal kepada staf Museum NTT, Kupang. Hindra bersama timnya telah menapakkan kaki di tanah Kupang, untuk bekerjasama dengan SMUN 3, SMUN 1, ... baca lebih lanjut

Membongkar Arsip, Menelisik Ideologi

Pertengahan Oktober 2013, workshop yang diadakan oleh Des Christy sudah memasuki pertemuan terakhir. Workshop penulisan Sejarah-Kritis Seni Rupa Jogja yang dimulai pada 17 Agustus 2013 ini mengajak 9 peserta yang untuk menelisik friksi, ... baca lebih lanjut

'Amuk–Sutardji' membunyikan arsip pembacaan puisi Sutardji Calzoum Bachri

Penciptaan musik serta performa DANGERDOPE pada 'Amuk-Sutardji' merupakan sebuah bagian dari rangkaian project bertajuk sama yang digagas oleh GoodNews Film. Proses penciptaan musik serta event pertunjukannya oleh DANGERDOPE pada Jumat (13/9) nanti akan dikemas menjadi sebuah film yang disutradarai oleh Ari Rusyadi. Film 'Amuk-Sutardji' dijadwalkan ... baca lebih lanjut

Mengubah Arsip menjadi Pementasan yang Hidup

Senyum ceria dan semangat siswa-siswi SMA di Kupang beberapa waktu lalu mewarnai lini masa Hibah KARYA! Beberapa orang yang langsung menyaksikan pementasan Koteklema & Kstaria Laut Lamalera pun berbagi cerita seru melalui tulisannya yang diunduh dan dapat dinikmati sekian banyak orang. Hindra Setya Rini bersama Rifqi Mansur Maya mengajak siswa-siswi beberapa SMA di Kupang untuk melakukan pementasan teater... baca lebih lanjut
All photos are courtesy of Jaringan Arsip Budaya Nusantara
Our mailing address is:
karya@arsipbudayanusantara.or.id
Temukan kabar lain di
arsipbudayanusantara.or.id







This email was sent to melisa@ivaa-online.org
why did I get this?    unsubscribe from this list    update subscription preferences
Indonesian Visual Art Archive · Jalan Ireda, Gang Hiperkes, Kampung Dipowinatan MG I / 188 A-B, Keparakan · Yogyakarta 55152 · Indonesia

Email Marketing Powered by MailChimp





(RUANGRUPA) Undangan Proyek Seni Rupa Ruru Shop - "BEGADANG NENG?"

UNDANGAN:

 

 

 

 


rurushop mempersembahkan:

"Begadang Neng?"

 Pameran proyek seni 15 perupa perempuan:

Dila Ayu, Ika Vantiani, Keke Tumbuan, Lala Bohang, Marishka

Soekarna, Marina Tasha, Monica Hapsari , Nastasha Abigail, Natasha Gabriella Tontey, Neng Iren, Nuri Fatima, Sari Sartje, Sanchia Hamidjaja, Tisa Granicia, Ykha Amelz.

 

Pembukaan:

Jumat, 25 Oktober 2013

19.00 wib – selesai

di RURU Gallery

Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6

Jakarta Selatan 12820

 

Dimeriahkan oleh:

MORFEM

HIGHTIME REBELLION

Audio Jockey:

MESEM MESEM SUKA (M.M.S: MELA, SARTJE, MAR GALO)

MC: Ale & Angganggok

 

Pameran:

25 – 27 Oktober

11.00 – 21.00 wib

Gratis!

***

Begadang Neng?

Oktober ini, RURUSHOP mengundang 15 perupa perempuan yang konsisten berkarya dengan fokus bidangnya masing-masing dalam sebuah pameran proyek bertajuk Begadang Neng. Penyelenggaraan pameran yang merupakan bagian dari program Artwork Project ini spesial, sebab sekaligus untuk merayakan pembukaan toko RURUSHOP yang baru.

Kelima belas perupa tersebut yaitu Dila ayu, Ika Vantiani, Keke Tumbuan, Lala Bohang, Marishka Soekarna, Marina Tasha, Monica Hapsari, Nastasha Abigail, Natasha Gabriella Tontey, Neng Iren, Nuri Fatima, Sanchia Hamidjaja, Sari Sartje, dan Ykha Amelz.

Masing-masing perupa bebas berkarya menggunakan empat media berbeda, antara lain totebag kanvas, kaos oblong, sarung bantal, dan jam dinding yang seluruhnya berwarna putih polos. Mereka juga diberikan kebebasan menggunakan teknik apapun sesuai dengan keahlian masing-masing, misalnya sablon, sulam, jahit, tempel, cetak, dan lain-lain. 

Tema "begadang" dipilih karena dianggap akrab dengan kehidupan perupa sehari-harinya. Mereka kerap begadang karena dikejar deadline, mencari inspirasi, atau sekadar mencintai ketenangan yang ditawarkan oleh malam hari.

Keputusan untuk mengundang hanya perupa perempuan juga bukan tanpa sebab. Melihat laki-laki begadang itu sudah umum. "Profesi malam" seperti satpam, siskamling, dan penjaga villa, kerap dilakoni oleh para laki-laki. Karya-karya yang dipamerkan di Begadang Neng ini mencoba mengajak pengunjung untuk melihat berbagai sisi kehidupan malam hari. Semuanya, tentu saja, berasal dari sudut pandang perempuan.

 

 

w: ruangrupa.org | t: @ruangrupa @RuruShop| fp: Ruru Shop, ruangrupa | e: info@ruangrupa.org

 

 

No virus found in this message.
Checked by AVG - www.avg.com
Version: 2013.0.3408 / Virus Database: 3222/6770 - Release Date: 10/21/13