Thursday, February 22, 2018

Jagongan Wagen edisi Februari



INVITATION                    View this email in your browser
Jagongan Wagen Edisi Februari 2018
 "D>S /D<S; Invisible Costs (Part 1)" 
 
 
Jagongan Wagen edisi Februari ini, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) mempersembahkan karya baru oleh Forum Aktor Yogya yang disutradarai oleh B. Verry Handayani dengan judul "D>S/ D<S ; Invisible Costs". FAY  merupakan kelompok seni yang mendapat Hibah Seni PSBK sekaligus pembuka rangkaian Jagongan Wagen 2018.
 
Membangun konsensus dalam kehidupan kelompok kini diartikan dengan pilihan terbanyak. Sebagai bagian dari sebuah kelompok, orang sering membuat putusan berdasarkan pandangan mayoritas. Ada waktu dan ketenangan yang luput ketika proses menentukan kebijakan menyangkut nasib seseorang. Era digital menuntut orang bertindak cepat untuk mengurai benar dan baik. Kebersamaan dalam mencapai mufakat seolah tercecer oleh tujuan personal.
 
"D>S /D<S; Invisible Costs (Part 1)" oleh Forum Aktor Yogyakarta (FAY) menggambarkan suasana tersebut. Terinspirasi dari film Twelve Angry Men, FAY mengolah pergulatan watak antar tokoh. Para aktor mengajak kita masuk dalam sudut pandang yang mereka hadirkan. Memberikan ruang bagi kita untuk menemukan ulang ketenangan. Kemudian menyandingkannya dengan putusan yang sudah kita buat dan lakukan.
 
Seniman yang akan tampil dalam pertunjukan teater ini adalah sebagai berikut.
 
Tentang Forum Aktor Yogya
Merupakan pertemuan para aktor di Yogyakarta yang menjadi wadah untuk mengulas ide-ide kreatif berdasarkan kesenangan dan kegelisahannya. Berdiri sejak tahun 2011, FAY yang selanjutnya digerakkan oleh Verry Handayani, telah melahirkan karya pertunjukan, antara lain : "Biar Kutulis Untukmu Puisi Jelek yang Lain" (Naskah Andre Nur Latif, 2014), "Bertiga Bukan Dara, Menghias Kenyataan Hidup" (2015), "Bank Pasar Rakyat" (2016), "Sulamin Bibir Saya, dong!" (2017), dan "Identity Project" (2017). Selain itu, FAY juga telah menjadi mitra penyelenggara Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) pada 2016 dan 2017.
 
Sutradara : B. Verry Handayani
Pemain:
  1. Alex Suhendra
  2. Elisabeth Lespirita Veani
  3. Hardiansyah Yoga Pratama
  4. Febrinawan "Jayen" Prestianto
  5. Siti "Ozy"  Fauziah
  6. Veronika Erlina H
Tim Pendukung :
  1. Febrianus Anggit (Penata Artistik)
  2. Robby Ramadhan (Stage Manager)
  3. Miranda Harlan (Penulis Naskah)
  4. Nesia Putri Amarasthi (Pencatat Proses)
  5. M. Habib Syaifullah "Ipung" (Pimpinan Produksi )
 
******************************************
 
Opening this year's Jagongan Wagen performance platform series through the February Edition, Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) is proud to premiere new work by Forum Aktor Yogyakarta (FAY) entitled "D>S /D<S; Invisible Costs", directed by B. Verry Handayani.
 
Today, building consensus in group life is often interpreted in voting-based decision making. As part of a group, people often tend to make decisions based on the views of the majority. Times of composure are often missed in the process of determining policies regarding someone's life and fate because the digital era requires people to make quick responses in considering what is good and right. The process of reaching mutual agreements seem to be scattered due to personal goals.
 
"D> S / D <S; Invisible Costs (Part 1) "by Forum Aktor Yogyakarta (FAY), describes that state of affairs. Inspired by the movie Twelve Angry Men, FAY cultivates the characters' personalities and struggles. The actors will offer their points of views and invite us into it, providing us space to rediscover composure, and to reflect on the decisions we have made.
 
About Forum Aktor Yogya
Forum Aktor Yogyakarta (FAY) is a forum for actors in Yogyakarta, which is a place to review creative ideas amongst them. Established in 2011 and led by Verry Handayani, FAY has produced several performances, some of which are: Let Me Write Another Bad Poem for You" (Script by Andre Nur Latif, 2014), Three (Not) Virgins, Decorate the Realities of Life" (2015), "People's Market Bank" (2016), "Embroider My Lips!" (2017), "Identity Project" (2017). In 2016 and 2017, FAY became an organizing partner with Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF).
 
Director: B. Verry Handayani
Actors:
  1. Alex Suhendra
  2. Elisabeth Lespirita Veani
  3. Hardiansyah Yoga Pratama
  4. Febrinawan "Jayen" Prestianto
  5. Siti "Ozy"  Fauziah
  6. Veronika Erlina H
     
Production Team :
  1. Febrianus Anggit (Artistic)
  2. Robby Ramadhan (Stage Manager)
  3. Miranda Harlan (Writer)
  4. Nesia Putri Amarasthi (Process Journal Writer)
  5. M. Habib Syaifullah "Ipung" (Production Manager)


 
 
Kegiatan yang sedang berlangsung dan selanjutnya di PSBK :

8 - 27 Februari 2018
Open Call ! Hibah Seni Pertunjukan PSBK 2018

16 Maret - 7 April 2018
Ruang Seni Rupa #1
Sabtu, 16 Maret 2018, 19.00 WIB: Pembukaan Pameran

24 Maret 2018
Jagongan Wagen edisi Maret
Special Anniversary Project : 60 tahun Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja
Sebuah pertunjukan tari
Copyright © 2018 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, All rights reserved.
You are receiving this email because you are our family :)

Our mailing address is:
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan
Bantul 55183
Indonesia


Sunday, February 18, 2018

FREE FALL Solo exhibition and book launch by Vanessa van Houten

Art:1 requests to pleasure of your company to attend our latest program in 2018

FREE FALL

Solo exhibition and book launch by Vanessa van Houten

Curated by Oscar Motuloh & Jay Subiyakto

Opening Night
Friday, February 23,  2018
7 PM, at Artspace 2nd Floor, Art:1
Jl. Rajawali Selatan Raya No. 3 Jakarta

Supported by Afterhours, KMP, Sejauh Mata Memandang, Riedel, Norton,
Media Partner: Harpers Bazaar Indonesia, Her World, and Manual Jakarta

For over a year Vanessa van Houten has been working on a new body of work in her second book called Here*Now, a photography portrait series about inner beauty of Indonesians. In a time where many talk about diversity and difference, she was keen to examine what binds us together. In the book Here*Now 39 people are chosen: featuring Ananda Sukarlan, Kaka Slank, Ridho Slank, Ivanka Slank, Jay Subiyakto, Tri Handoko,  Reti Ragil, Poppy Sovia, Rama Dauhan, Alexander Siregar, Sari Kusumaningrum, Triyaningsih and Ayla Dimitri.

Thursday, February 15, 2018

*ADEN’S ANCIENT CISTERNS* *Historic Preservation, Water Management & Disaster Avoidance*

*ADEN’S ANCIENT CISTERNS*
*Historic Preservation, Water Management & Disaster Avoidance*

The city of Aden, Yemen is a natural harbor on the Red Sea.  Securing a potable water supply has been an issue throughout the city’s long history.  While they have been modified many times over the centuries, the water tanks in Aden have existed for at least 1500 years.  This feature, known in Arabic as “al-saharaj” is an integral part of the city’s urban fabric and cultural heritage. Although the water from the tanks is not considered potable by modern standards, it is a potentially critical resource in a city with no natural supply of fresh water.  Unfortunately, underdevelopment and chronic water shortages render the tanks the only water source in times of crisis. The water has been used in emergencies despite its poor quality.  The pollution of the water is exacerbated by the deteriorated condition of the tanks and the mismanagement of the watershed area.  Planning issues that adversely affect the historic fabric of the water cisterns have also negatively impacted water collection, public health and safety.  Mismanagement of the water system has encouraged the spread of water borne disease and flooding.  These flood events have destroyed property and resulted in the loss of human life. A condition assessment of the water collection system for the purposes of historic preservation was performed in 2007.  The researcher discovered, however, that problems regarding al-saharaj’s historic integrity could not be separated from broader issues of water management.  The preservation of historic fabric had to be addressed in conjunction with water management issues.

*Obrolan Heritage* #21 | 02 - 2018
*RABU 21 Februari 2018*
Pk.17.30 wib
*di kantor PTI Architects*

speaker:
*EDITH DUNN*
MS in Historic Preservation, Columbia University
PhD in Interdisciplinary Archaeological Studies, University of Minnesota

@PTI Architects
Mayapada Tower 2, Lt-17
Jl Jend Sudirman kav 27
Jakarta 12920 (stasiun TransJkt Karet)

Rsvp 021-8291932 jam kerja
Biaya sukarela & potluck
Nilai kum 3 bagi anggota IAI

Pameran patung "Faset Kecil" KOMRODEN HARO

Pameran patung "Faset Kecil" KOMRODEN HARO

Pembukaan pada: Jumat, 16 Februari 2018, pkl. 16:00.

Tmp: Miracle Prints, jl. Suryodiningratan 34, Mantrijeron, YK.

Pameran Tunggal Restu Taufik Akbar

Pameran Tunggal Restu Taufik Akbar

(IN)MATERIAL TRUTH


Pembukaan 15 Februari 2018 . Jam 19.00 WIB

Dibuka oleh Rizki A. Zaelani (Dosen dan Kurator mengajar di Seni Lukis FSRD-ITB


Pameran berlangsung hingga 15 Maret 2018


Tentang pameran

(IN)MATERIAL TRUTH

“Seni yang dapat menjadi pintu masuk kedalam kehidupan spiritualitas adalah seni yang berhasil menurut saya. Pengalaman estetis dalam seni (karya seni) dan ritual (proses berkarya) menciptakan pengalaman spiritual yang merupakan pengalaman bertemu, bersatu atau melebur dengan Tuhan. Seni berkapasitas untuk membuka jalan pada transendensi. “ Restu Taufik Akbar , Jurnal pengantar Tugas Akhir , 2014.


Karya-karya Restu Taufik Akbar (lahir di Bandung , tahun 1990) merupakan bentuk dari gabungan antara pengalaman berinteraksi dengan alam terutama dengan lansekap hutan,  pemahaman batiniah serta penjelajahan dengan material artistik; cat, kuas dan permukaan materi selain kanvas. Menghasilkan gubahan hutan / alam menjadi bentuk berwatak abstrak dengan penerapan warna-warni yang atraktif, cenderung cerah sekaligus mengundang persepsi kepada banyak hal. Bentuk atau format yang beragam yang dihasilkan dari perilaku terhadap watak logam menjadikan “lukisan” karya Restu lebih ekstensif mengarah kepada bentuk patung (sculptural) dan kemudian instalatif. Restu menjelajah citra abstrak yang referensial melalui pengalaman organic dan pencerapan bathin yang berkelindan melalui pengolahan materi : pelat logam dan campuran cat enamel industrial dan minyak, melalui watak material seperti persoalan kadar kecairan atau lelehan dan aspek pantulan permukaan. 

Lebih jauh karya-karya Restu menjadi suatu wahana pencarian hal yang lebih spiritual yang tak terlihat atau tak terjelaskan . Ia pernah mengungkapkan dalam pengantar tulisan tugas akhirnya (2014) , bahwa bentuk abstrak yang merespon hutan yang dibentuk realis menjadi bahasa untuk mengungkapkan tentang apa yang ia pahami, yaitu ada realitas yang tidak terlihat diantara realitas yang terlihat dan juga sebagai pembangun suasana yang ingin dibangun.

Karya –karya Restu seperti meningatkan kepada pemikiran yang pernah ditulis (Alm) Sanento Yuliman menyangkut fase seni lukis (dan patung) abstrak dalam perkembangan seni rupa modern di Indonesia , bahwa seni rupa abstrak dan abstraksi sempat menjadi corak arus utama, terutama di Bandung, Yogyakarta dan Jakarta pada periode waktu 1970-80an. Khususnya terkait dengan pemikiran dalam risalah Sanento Yuliman tentang pengantar Seni Lukis Abstrak, dimana  potensi menggali estetik abstrak yang bersumber dari kehidupan sekitar, seperti alam atau buatan manusia itu sendiri yang tak pernah surut.  Memang -menurut Sanento- untuk memahaminya kita harus melibatkan aspek fisiologis dan psikologis, dalam menggali makna dari karya-karya abstrak seperti ini.

Merujuk pada tesis Sanento Yuliman bahwa kecenderung kemunculan seni rupa Abstrak di Indonesia, menjadi kecenderungan praktek seni rupa modern di tahun 1970-an atau pada masa disebutnya perkembangan fase ketiga, dimana perkembangan seni abstrak menunjukan keberagaman ciri. Mulai abstrak lirisisme yang didasari emosi atau ungkapan pada perasaan tertentu, hingga karya – karya abstrak dengan corak yang lebih matematis dan rasional (atau geometris, maupun yang bersifat formalis. Sesuai dengan premisnya bahwa ada kemungkinan bahwa estetika abstrak berhubungan dengan apa yang ada disekitar kita. “ Bumi dilihat dari kapal udara, benda dilihat dari dekat (permukaan tanah, batu, dsb) atau perhatian pada objek, benda yang dilihat secara mikroskopik. Menyodorkan kepada kita kekayaan rupa yang aneka ragam.”

Maka saat ini mungkinkah corak-corak abstrak(si) bisa kembali menjadi praktek yang dominan di Indonesia. Mungkin menarik bila diamati bahwa sebagian perupa kontemporer dalam kekaryaannya juga bersinggungan menuju citra yang bersifat abstrak. Karya –karya Restu menjadi suatu telaah dan permenungan tentang suatu gagasan-gagasan seni rupa abstrak pasca perkembangan fase ketiga sejarah seni rupa di Indonesia atau dalam praktik seni rupa kontemporer sekarang. Sekalipun dalam suatu konsep yang labil, tetapi menawarkan kemungkinan-kemungkinan pada suatu estetika abstrak yang tak terduga.

Bio
Restu Taufik Akbar , Born in Bandung 1990.
EDUCATION 2009 - 2010 : Architecture Engineering, Faculty of Technical and Vocational Education, Indonesian University of Education, Indonesia . 2010 - 2015 Bachelor of Fine Arts (Major Painting), Faculty of Art and Design, Bandung Institute of Technology, Indonesia Summa Cum Laude. WORKSHOP 2013: Local Art Jam , performance art workshop with Aliansyah Caniago, Faculty of Art and Design, Bandung Institute of Technology, Indonesia SOLO EXHIBITION 2015 ‘Lucidity’, Roh Projects, Jakarta AWARDS 2015 : Finalist of ‘Nalar Sensasi Seni’ Galeri Nasional, Jakarta 2017: Finalist of ‘Bandung Contemporary Art Award #5, Lawangwangi Art Space, Bandung .


Orbital Dago
Jl. Rancakendal Luhur no. 7 Bandung, West Java Indonesia 40191
Telp:   +62 022-82522980 / +62 813 2003 6262(Gita)

Sunday, February 11, 2018

"C", Marco Cassani's solo exhibition at Honold Fine Art, Bali, Indonesia.

"C", Marco Cassani's solo exhibition at Honold Fine Art, Bali, Indonesia.


PRESS RELEASE
www.honoldfineart.com

Honold Fine Art is pleased to present C, the fourth pop up show of HFA in
Ubud, Bali and the first solo exhibition with the gallery of Italian born
Bali based artist Marco Cassani on view from 8–22 February 2018 at the
beautiful back wing of Tonyraka Art Gallery in Bali.

The title of the exhibition ‘C’ refers to the third letter in the Latin
alphabet and introduces abbecedario, (Alphabet Book), a projected
monograph, which will analyze Cassani’s artistic practice.

Besides Cassani, ‘C’ stands for column, currency, coin and credibility,
four words tightly connected by the concept of the creation of value, a
red thread in the practice of Cassani, as demonstrate the projects
Indisciplinato (Undisciplined) and The Alphabet of Money (Huruf Uang).

The exhibition presents an installation comprised of more than six
thousand foreign and Indonesian coins, stacked on top of each other to
form five individual columns. Each column differs from the others in
physical aspects like height, weight and texture as well as the symbolic
and economic value they represent.

Two individual columns forming the work Inseparable Two (Londo Blonyo)
2015–2016, refer to the wages of workers, whom the artist encountered in
Yogyakarta. They consist of 1000 Indonesian Rp. 100 coins, with an
economic value of Rp. 100.000 and of 1450 Indonesian Rp. 1.000 coins, with
an economic value of Rp. 1.450.000 representing the daily and monthly wage
for a Javanese married couple of workers in Java, Indonesia respectively.

Fountain ‘Gunung Kawi’ (2017), Fountain ‘Monkey Forest’ (2017) and
Fountain ‘Negari’ (2018) all have a different origin. For two years the
artist explored three fountains located in Balinese temples and in a
Balinese coffee plantation, collecting the coins that tourists and locals
had thrown into the water, while making a wish. Their economic values are
unknown because many of the coins have corroded over time rendering the
getting to know their provenance and actual value impossible.

In the course of creating a visual epitome for the accumulation of money,
the artist is actually destroying the coins’ initial monetary value. As an
artwork, however, the object will be valued according to a new system of
reference; that of contemporary art. Marco Cassani’s work reflects on our
economic system; in particular on the precarious state of inter human
agreement and the subtle distinction between trading and economy (the
creation of value), which is the very base of cultural production.

The exhibition is hosted by Tonyraka Art Gallery, one of the most
established commercial art galleries in Bali and will be open everyday
from 9 AM to 5 PM.
For further information please contact the gallery at info@honoldfineart.com

Vanessa Van Houten | Here*Now, a photography portrait series about inner beauty of Indonesians

11930Newsletter Art:1, February 2018

Expand Messages
  • <info@mondecor.com>
    Feb 10 10:53 PM
    For over a year Vanessa Van Houten has been working on a new body of work in her second book called
    Here*Now, a photography portrait series about inner beauty of Indonesians. In a time where many talk about
    diversity and difference, she was keen to examine what binds us together. Inside her simple studio in Jakarta,
    she photographed over 50 Indonesians – women, men, warias (cross-dressers, transsexuals and transgenders) 
    aged between 20 and 80 years old, which are passionate chefs and baristas, young entrepreneurs, accomplished
    athletes, mothers, fathers, loved social influencers, dancers, beautiful yogis, makeup artists, sex workers, famous
    musicians, popular artists and talented fashion designers. Each person she photographed twice; once in their
    favourite clothes and once almost bare in a white cloth which was made especially for this project, by Chitra Subyakto,
    the creative soul of Indonesian fashion and textile house Sejauh Mata Memandang. These sessions and the
    photographs, 
    that resulted provide a glimpse into the lives of the people we are surrounded by. In the book Here*Now 39 people are
    chosen: featuring Ananda Sukarlan, Kaka Slank, Ridho Slank, Ivanka Slank, Jay Subiyakto, Tri Handoko,  Reti Ragil,
    Poppy
    Sovia, Rama Dauhan, Alexander Siregar, Sari Kusumaningrum, Triyaningsih and Ayla Dimitri.


    Curated by Oscar Motuloh and Jay Subiyakto, the exhibition FREE FALL is a series of photographs from the previous show RAW, the new series Here*Now, a video installation and a series of workshop.

    Solo exhibition of Vanessa Van Houten and book launch

    FREE FALL

    Opening Night
    Friday, February 23,  2018
    7 PM

    at Artspace 2nd Floor
    Art:1
    Jl. Rajawali Selatan Raya No. 3
    Jakarta Pusat 10720
    021 64700168

    Workshop with artist ‘Portrait’ workshop, February 24, 2018
    ‘Idea to Book’ workshop, February 25, 2018

    Media Partner: Harpers Bazaar Indonesia, Her World, and Manual Jakarta
    The exhibition will be held until March 18, 2018

    Opening hours:
    Tues – Sat 10 AM - 6PM
    Sunday 10 AM - 4PM
    Closed on Monday

    Book Details
    Here*Now hand threaded and bound, folded pages, newspaper edges, foil stamped cover, serial numbered and signed, edition of 500. Available on March 2018 directly through Art:1 Shop or IG @art1newmuseum. Both books are available in www.afterhoursbook.com, Periplus stores and MACAN Shop.


    foto pilihan bawah.jpg

Friday, February 9, 2018

Single Fighter #2 | LOCUS UTOPIA | Katirin | Sabtu, 10 Februari 2018 jam 19.00 wib | @ Sangkring Art Project









Locus Utopia

 

The artist is an inventor of places. He shapes and incarnates spaces which had been hitherto impossible, unthinkable…..

(Didi-Huberman, 1990: 6)

 

Saat melihat lahan di Gunung Bangkel bagian atas, Katirin telah menemukan yang dicarinya selama dua bulan lebih. Seturut perspektifnya, lahan berbatu masif dengan kontur bervariasi dan elevasi sekitar 150 mdpl itu, memiliki akses dua pemandangan, di utara gunung Merapi yang megah dan di selatan jajaran perbukitan segmen Patuk – Dlingo. Masih ditambah pula bonus pemandangan sawah dan hiruk pikuk jalan raya Jogya – Wonosari km 9.

Seturut pemikiran Faucault dalam Of the Space (1967), lahan temuan Katirin itu termasuk kategori locus utopia. Sebagai konsep, locus utopia kerap disebut Heterotopia, yaitu lokasi dari utopia yang nyata ada, namun kerap diposisikan sebagai ruang yang berbeda. Di dalam homogenisasi ruang perkotaan, heterotopia dianggap berada di wilayah antah berantah. Hanya single fighter sejati yang berani mencari, menemukan locus utopia dan secara simultan memanifestasikannya ke berbagai wujud representasi. Meski belum tuntas, di lahan milik Katirin itu kini telah berdiri, tiga ruang yang berbeda fungsi. Pertama rumah, kini ditinggalinya bersama keluarga. Kedua, teras belakang yang didirikan tepat di bibir jurang. Dan ketiga adalah studio, tempatnya berkarya.

Dari locus utopia di gunung Bangkel dan karakter bentukan ruang yang diolah oleh Katirin,  sepertinya berbalik mempengaruhinya. Berbagai hal yang sebelumnya dipandang tidak mungkin dan tak terpikirkan telah membentuk cakrawala pengetahuan baru, dan memperkaya ruang batin Katirin. Perspektif baru itu lebih jauh mendorongnya untuk mengeksplorasi cara – cara yang lebih memajukan simpati dan empati terhadap obyek atau subyek pemantik gagasan – gagasan visualnya. Dari tempat itu pula berlangsung pergeseran dominasi warna pada karya – karya Katirin ke warna – warna bebatuan, sephia, oker, cokelat, dan abu – abu. Meski tetap memuat tema kegamangan manusia dalam pergulatannya dengan kehidupan di era modern, karya – karya yang disiapkan Katirin untuk pameran Single Fighter #2 ini, menyajikan pula tema berkait keruangan (spasial), yang fisikal sekaligus yang mental. Katirin mulai menyisir makna ruang – ruang fisik yang pernah ditinggalinya memautkannya, melalui permenunganya, bersama memori, gagasan, mimpi dan refleksi pengalaman hidup yang telah dan tengah dijalaninya.

Delapan belas karya Katirin bisa dilihat pula sebagai metafora karakter kehidupan kontemporer yang mewujud menjadi abstraksi dan figurasi yang hadir terikat oleh cahaya, warna, bentuk, dan pola. Begitu pula fragmen fisik, tubuh, dan kenangan visual hadir dalam karya – karya Katirin. Bentuk, garis tampil membangun ruang kedalaman seturut lokus dan modalitasnya. Tantangan utama pada karya – karya Katirin adalah karakter visualnya yang kuat namun tidak informatif. Meski merupakan narasi personal, Katirin lebih memilih menyajikan ketenangan visual dan vernakuler, seluruhnya dieksekusi dengan sangat percaya diri dan membebaskan. Menjadikan seni rupa Katirin bukan lagi semata destinasi, namun merupakan representasi perjalanan tubuh dan jiwa di tengah pencarian locus utopia, melintasi wilayah peripheri, pusat kota dan urban, pantai, sungai, hutan dan gunung. Seni rupa Katirin berdiri dalam ujian waktu, menjadi penegasan kekuatan hidup yang kuat dan berani !!!

  

 

Apriadi Ujiarso

 

 


Sangkring Art Space
Nitiprayan Rt 1 Rw 20 No.88 Ngestiharjo, Kasihan Bantul Yogyakarta 55182
Telp    : (0274) 381032
Fax      :(0274) 381032
Web    : www.sangkringart.com

Opening Hours : Monday - Saturday 10 am - 6 pm
Closed on : Sunday and Public Holiday

















Sunday, February 4, 2018

*Untitled No.3* exhibition | Rumah Miring by CGartspace

*Untitled No.3* exhibition

11 Feb 2018
16.00 WIB onward

at Rumah Miring by CGartspace
Jl Pinang Kuningan IX no UQ 73-74 Pondok Indah Jakarta 12310

Exhibition period:
11 - 24 Feb 2018

Open daily 13.00-17.00 WIB
(Close on 16-17 Feb 2018 for Chinese New Year)

More info: 0816 817 017
See you there !