Saturday, May 19, 2018

Pameran & Presentasi Seniman Residensi Periode #1, 2018


View this email in your browser
Pembukaan Pameran & Presentasi 
Residensi Seniman Periode #1 2018


Ardi Gunawan
Bridget Reweti
Coco Duivenvoorde


23-31 Mei 2018
 
Cemeti-Institut untuk Seni dan Masyarakat
Jl. D.I. Panjaitan 41, Yogyakarta

Pembukaan:
Rabu, 23 Mei 2018, jam 19.00
 
Diskusi:
Rabu, 30 Mei 2018, jam 19.00
 
@cemeti.institute
#cemetiresidency
#maintenanceworks

 
Rekan-rekan sekalian,

Kami mengundang Anda untuk hadir dan bergabung dalam rangkaian pameran dan presentasi oleh tiga seniman residensi: Ardi Gunawan, Bridget Reweti, dan Coco Duivenvoorde. Selama bulan Maret hingga Mei, para seniman residensi tinggal dan mengembangkan gagasan mereka dengan dukungan dari Sita Dinanda sebagai asisten program bersama tim Cemeti. Pada minggu terakhir di bulan Mei ini, ketiga seniman akan menampilkan dan mempresentasikan proyek dan karya mereka.
 
"Berapa luas tanah yang bisa diperoleh dengan uang sebesar Rp 11.500.000? Di mana lokasinya dan bagaimana bentuknya?"

Pertanyaan ini menjadi premis dasar dalam penelitian yang dilakukan oleh Ardi Gunawan (Indonesia) selama masa residensinya di Cemeti. Berangkat dari perhatiannya pada isu gentrifikasi yang menggejala di kota-kota seperti Jakarta dan Yogyakarta, di mana paradigma lokasi strategis telah mengubah ekonomi wilayah dan produksi ruang hidup makin sempit dan padat, Ardi mengamati berbagai bentuk arsitektur modern/kontemporer kawasan hunian yang diciptakan oleh para perusahaan pengembang perumahan. Di tengah perjalanannya dalam mencari keterhubungan antara gagasan sosial dari arsitektur modernisme dengan spekulasi finansial ala perusahaan pengembang, Ardi menemukan komik ciptaan Heath Robinson dan Browne. Komik terbitan tahun 1937 ini berjudul "How to live in a flat" dan merupakan respon satir mereka terhadap perubahan tren domestik pada periode tersebut; kehadiran Modernisme Eropa di tengah perkembangan kelas menengah di Inggris yang stabil secara finansial. Terinspirasi oleh sketsa-sketsa humor dan satir dalam komik ini, Ardi mencoba mengkontekstualisasikannya ke dalam karyanya dengan cara mengembangkan rancangan komedi rumah huniannya sendiri untuk dibangun di atas tanah yang akan diperoleh dari uang sejumlah Rp 11.500.000 tersebut.

Selama masa residensinya, Bridget Reweti (New Zealand) memusatkan perhatiannya dalam mencari keterhubungan antara konteksnya sendiri dan Jogja, yaitu dengan membuat teman baru dan dengan melakukan dua latihan artistik. Pertama dengan menyelami sebuah karakter yang berpengaruh dari dulu (dan sekarang) Maori menjadi kenangan, dan kedua dengan memperkenalkan dua gunung yang kuat kepada satu sama lain yang mungkin atau tidak pernah bertemu sebelumnya. Latihan pertama berkisar pada Tupaia (1725-1770), seorang pemimpin tertinggi aori yang berasal dari Tahiti. Ia adalah seorang ahli navigasi yang terampil dan diplomat, serta pandai berbicara dalam bahasa Maori. Dengan kecakapannya, Tupaia bergabung dengan kapten Cook yang berlayar melintasi Pasifik. Diingat dengan cara yang berbeda di banyak komunitas Pasifik, posisi Tupaia dianggap berpengaruh dalam sejarah ini. Tupaia meninggal di Batavia, kota yang sekarang dikenal sebagai Jakarta, dan dimakamkan di sebuah kuburan tak bernama di Pulau Damar Besar yang terletak di lepas pantai Jawa. Sebagai cara untuk mengakui kematian Tupaia, Bridget memutuskan untuk berenang mengelilingi pulau itu, meletakkan tubuhnya di air yang mengalir di antara tanah pekuburan Tupaia yang juga merupakan tanah yang menghubungkan Tupaia dan Bridget, Indonesia dan Aotearoa, dulu dan sekarang.

Latihan kedua adalah berjalan kaki di Gunung Merapi, salah satu gunung berapi paling aktif di dunia yang letaknya satu jam perjalanan ke utara Yogyakarta. Kehadiran Merapi yang kuat, baik secara fisik melalui aktivitas seismiknya dan kesuburannya, serta dalam pikiran orang-orang sebagai sebuah entitas yang menyediakan mata pencaharian sekaligus yang mampu merenggutnya, menghubungkannya dengan Mauao, sebuah gunung yang terdapat di kota asal Bridget di Tauranga yang dianggap sebagai leluhur Maori. Untuk presentasi ini, seluruh latihan ini dan percakapan yang sedang berlangsung akan ditangguhkan sementara untuk khalayak di Jogja. Sementara waktu dan ruang terus runtuh ke dalam realitas kehidupan sehari-hari yang berkelindan dan campur aduk.

Coco Duivenvoorde (Belanda) memiliki minat yang berkelanjutan pada makanan dan memasak sebagai bahasa untuk mendiskusikan masalah sosial dalam berbagai konteks. Selama masa residensinya di Cemeti, Coco meneliti bahan-bahan, praktik, dan konteks sosial dari minuman tradisional Indonesia, Jamu. Jamu merupakan minuman herbal yang terbuat dari bahan alam yang digunakan sebagai pengobatan untuk penyakit ringan yang berkisar dari kosmetik, performa seksual, hingga kondisi medis yang serius. Budaya minum Jamu merupakan suatu praktik keseharian yang dimaksudkan untuk menjaga kesehatan tubuh dan jiwa yang baik. Coco memulai prosesnya dengan mempelajari cara membuat Jamu serta mengunjungi berbagai penjual Jamu di Jogja. Ia kemudian menghabiskan waktu dengan komunitas di sebuah desa yang memproduksi Jamu di Kiringan dan bertemu dengan akademisi yang khusus mempelajari aspek ekonomi, sosial, dan budaya dari Jamu. Untuk membangun penelitiannya, Coco akan menyelenggarakan rangkaian lokakarya yang menghubungkan berbagai individu dan komunitas yang ia temui. Melalui berbagai metode mendongeng, serta tindakan praktis, lokakarya ini akan mengumpulkan, menjaga dan mendistribusikan secara lebih lanjut pengetahuan (menubuh) dan mempertanyakan konteks infrastruktur sosial Jamu.

Kami berharap anda dapat bergabung dalam pembukaan pameran yang akan berlangsung pada hari Rabu, 23 Mei 2018, jam 19.00 dan diskusi yang akan berlangsung pada hari Rabu, 30 Mei 2018, jam 19.00, di mana ketiga seniman residensi akan membagikan pengalaman residensi dan proses berkarya mereka.
 
 
Salam,
Agni, Alec, Dimaz, Linda, Sanne, Sarono, Wahyu (tim Cemeti)


Silakan kunjungi situs web kami di tautan ini untuk menyimak aktivitas Cemeti secara lebih lanjut. 
 

Program Residensi Seniman Periode #1 2018 ini diselenggarakan oleh Cemeti dan didukung oleh Mondriaan Fund, Asia New Zealand Foundation, dan Unisadhuguna International College, Jakarta.
 
Aktivitas selanjutnya di Cemeti:

1 September - 30 November 2018
Residensi Seniman Periode #2,
bekerja sama dengan Goethe-Institute Indonesia
 
Berlangsung sampai Maret 2018
Desain ulang identitas visual Cemeti dan situs web Cemeti
oleh kolektif desainer TUHANTU


Gambar utama: referensi visual Ardi Gunawan, Bridget Reweti, Coco Duivenvoorde, dari berbagai sumber.
Copyright © 2018 Cemeti - Institute for Art and Society, all rights reserved.

Cemeti - Institut untuk Seni dan Masyarakat
Jl. D.I. Panjaitan 41, Yogyakarta 55143
www.cemeti.org
Tel/Fax. +62 (0) 274 371015
M. +62 (0) 812 273 3564

Hari dan jam operasional
Selasa-Sabtu, jam 09.00-17.00 WIB
                                                 






This email was sent to senirupa@gmail.com
why did I get this?    unsubscribe from this list    update subscription preferences
Cemeti Art House · Jl. D.I. Panjaitan 41 · Yogyakarta 55143 · Indonesia

Email Marketing Powered by MailChimp

Thursday, May 10, 2018

Fwd: Pameran Foto "20 Tahun Reformasi-Segenggam Refleksi"


 

https://www.facebook.com/events/1341112282697843/

Galeri Foto Jurnalistik Antara bekerjasama dengan Pewarta Foto Indonesia, Grafisosial Indonesia, Antara Foto & Blues4Freedom mempersembahkan

Pameran Foto 20 Tahun Reformasi & Penayangan Perdana Film Dokumenter
AGENT OF CHANGE
THE ROAD TO DEMOCRACY

Pembukaan :
Jumat, 11 Mei 2018
Pukul 20.00 WIB

BLUES4FREEDOM LIVE!

THE FLOWERS
TONY Q
MARJINAL
STOKVIS

Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA)
Jl. Antara 59, Pasar baru
Jakarta Pusat 10710
T/F: 021-3458771
Instagram: @gfja @workshopgfj

Pameran Berlangsung :
11 MEI - 11 JUNI 2018

Terbuka untuk umum!
Gratis!

@pewartafotoindonesia
@grafisosial
@antarafotocom
@workshopgfja
Copyright © 2018 Galeri Foto Jurnalistik Antara, All rights reserved.
Anda menerima email ini karena terdaftar pada buku kunjungan tamu di pameran kami atau rekomendasi dari sahabat GFJA. Anda memiliki opsi untuk tidak menerima email ini di kemudian hari dengan memilih tautan unsubscribe dibawah ini.

Our mailing address is:


#LS 

Thursday, May 3, 2018

"SIRKUIT:AHLI WARIS ETAPE SATU"




Pameran Seni Rupa
Visual Art Exhibition

 
"SIRKUIT: AHLI WARIS ETAPE SATU"
"CIRCUIT: LEGACY ETAPE ONE"

 
(Bagong Kussudiardja (alm.) ; Otok Bima Sidarta ; Butet Kartaredjasa ; Djaduk Ferianto ; Doni Maulistya)
Curator : SUWARNO WISETROTOMO


Exhibition Opening:
Monday, 7 May 2018 at 19:00
 
Pameran seni rupa yang berjudul SIRKUIT: AHLI WARIS ETAPE SATU, merupakan salah satu kegiatan untuk menandai berbagai pencapaian seorang maestro kesenian dan kebudayaan Indonesia, Bagong Kussudiardja (1928-2004) dalam perayaan ulang tahun Bagong Kussudiardja (ke-90th), Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja (ke-60th), dan Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (ke-40th).  Sepanjang tahun 2018, PSBK menyelenggarakan serangkaian kegiatan untuk memperingati dan memahami berbagai kiprah, pencapaian, dan kontribusi alm. Bagong Kussudiardja pada perjalanan sejarah seni dan budaya Indonesia modern.
 
Pameran kali ini, menampilkan Bagong Kussudiardja (BK) beserta putra dan cucunya. Karya-karya Bagong Kussudiardja akan dipamerkan bersama karya-karya seni rupa (lukisan, sketsa, dan fotografi) karya Otok Bima Sidarta, Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, dan Doni Maulistya. Peristiwa pameran ini dapat dijadikan pintu masuk untuk memahami lebih jauh dan dalam bagaimana modus atau mekanisme penularan bakat seni ini terjadi pada Otok, Butet, Djaduk, dan Aul; dan dapat digunakan untuk melihat kesinambungan atau keterputusan estetik dari Bagong Kussudiardja , ke anak, hingga cucunya.
 
Turut merayakan : Eugene Gagah Pacutantra featuring Anteng Kitiran (musik)

 
**************
 
"CIRCUIT: LEGACY ETAPE ONE" is an art exhibition initiated by PSBK to celebrate the cultural achievements as an artist of the late Indonesian maestro Bagong Kussudiardja (1928-2004). Year 2018 marks the anniversary of Bagong Kussudiardja's birth (90th), and two important organizations he established, Pusat Latihan Tari Bagong Kussudiardja (60th) and Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (40th).  Throughout the year, PSBK will initiate a series of different events as an opportunity to commemorate as well as trace the late artist's exemplary achievements and contributions to Modern Indonesian art and culture.
 
This exhibition will feature the artwork of Bagong Kussudiardja (BK) along with his sons and grandson, Otok Bima Sidharta, Butet Kartaredjasa, Djaduk Ferianto, and Doni Maulistya. This exhibition event serves as an entrance to understand the transmission of artistic talent that occur in Otok, Butet, and Aul; and could be used to see the esthetic connection or disconnection between Bagong, to the child, and to the grandchild.
 
Music Performance : Eugene Gagah Pacutantra featuring Anteng Kitiran


 
Exhibition runs until 30 June 2018
Hours : Tuesday- Saturday, 11.00-18.00 WIB
at  PADEPOKAN SENI BAGONG KUSSUDIARDJA (PSBK)
Ds. Kembaran Rt.04-05, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI.Yogyakarta

Copyright © 2018 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, All rights reserved.
You are receiving this email because you are our family :)

Our mailing address is:
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
Ds. Kembaran RT 04-05, Tamantirto, Kasihan
Bantul 55183
Indonesia


#LS

On Traces | Edwin's Gallery



Edwin's Gallery presents:

ON TRACES

An Exhibition by:
Erwin Windu Pranata
Muhammad Taufiq (Emte)
Rega Ayundya Putri
Ruth Marbun
Sanchia Hamidjaja


Curated by:
Bob Edrian

Jejak merupakan sebuah tanda yang mengindikasikan adanya aktivitas ataupun peristiwa tertentu yang telah terjadi di masa lalu. Pemahaman tersebut menunjukkan karakter jejak yang hampir selalu memunculkan ragam pembacaan atau interpretasi. Dalam era digital saat ini, ketika rekam peristiwa ataupun aktivitas tersimpan dalam data yang bersifat intangible, posisi 'jejak' menjadi sangat rentan. Rentan akibat begitu mudahnya jejak 'dibagikan,' dimanipulasi, hingga dihapuskan sama sekali.

Pameran On Traces menekankan pada eksplorasi gagasan berkaitan dengan jejak. Jejak yang muncul akibat aktivitas atau peristiwa di luar seniman maupun jejak yang dihasilkan oleh seniman itu sendiri. Seniman berimajinasi mengenai pasca peristiwa untuk menghasilkan peristiwa baru yang bisa jadi berkaitan secara faktual maupun tidak sama sekali (imajiner). On Traces merupakan upaya seniman untuk melahirkan visi dari sesuatu yang dianggap telah menjadi memori.


Opening:
May 8, 2018 at 7 PM


Hosted by:
Nasta Sutardjo
Winda Malika Siregar


Officiated by:
Mr. Pustanto
(Head of National Gallery of Indonesia)


The exhibition will be held until May 20

Opening Hours:
Monday-Saturday : 09:00 - 18:00  
Sunday : 12:00 - 18:00 
(May 10 closed for public holiday)



Edwin's Gallery
Kemang Raya No. 21, Kemang, Jakarta 12730, Indonesia
Ph: +62 21 7194721, +62 21 71790049
Fax: +62 21 71790278
web: www.edwinsgallery.com

YAA#3-2018:Positioning


Pembukaan Pameran
YAA#3-2018:Positioning

Minggu,6 Mei 2018
Jam 19.00

Award of Honour to
Maestro Nyoman Gunarsa

Pidato Ketokohan Nyoman Gunarsa oleh:
Prof. Dr . M Dwi Marianto

Pameran dibuka oleh
Bp Ridwan Muljosudarmo

#LS

KEEP THE FIRE ON 4 "DON'T QUIT" - at SURVIVE! Garage

KEEP THE FIRE ON 4
"DON'T QUIT"

-
at SURVIVE! Garage
Jalan Nitiprayan No 99, Kasihan, Bantul
Yogyakarta
-
Officiated by: Farid Stevy @faridstevy
-
Writers:
Aloysius bram @bramskoy
Mega nur @megangkaki
-
MC @kudamai_kukuhprasetya X @ichidilaga -
Performace:
• Total perkusi x Kelas uyeluyelan @totalperkusi
• Ikbal Lubys @ikballubys
• Generasi Palem
• AAK
• Roadblock Dub Collective
@roadblockdubcollective -
Exhibition will be held until 2 june 2018
-
more info: @survive_garage
-
#KTFO4 #SURVIVEGARAGE #keepthefireon4 #exhibition #survivegarage

#LS

Wednesday, May 2, 2018

Exhibition: MADE OF: STORIES OF THE MATERIAL Galeri Lorong berkolaborasi dengan ARCOLABS Jakarta





Galeri Lorong & ARCOLABS Jakarta mengundang Anda:
(scroll down for English text)
 
  MADE OF: STORIES OF THE MATERIAL
Galeri Lorong berkolaborasi dengan ARCOLABS Jakarta

Kurator: Arham Rahman dan Adelina Luft

 
Seniman:
Abud Andri Williams
FJ Kunting
Gintani Swastika and Yahya Dwi Kurniawan
Julian Abraham 'Togar'
Yosefa Aulia
 
Pembukaan:

Sabtu, 5 Mei 2018 / 17.00 WIB
Performance oleh FJ Kunting / 18.00 – 18.30 WIB
Karya interaktif dengan partisipasi pengunjung / 18.30 – 20.00 WIB

Durasi pameran:
5 - 30 Mei 2018

 
"Made Of: Stories of the Material" merupakan proyek kolaborasi antara Galeri Lorong dan Arcolabs Jakarta yang mencoba mengintervensi narasi dan praktik kriya dengan perspektif baru, sebagaimana diajukan oleh Arham Rahman dan Adelina Luft selaku kurator pameran. Pameran ini melibatkan enam orang seniman dengan latar belakang penggunaan medium yang berbeda-beda; Abud Andri William, FJ Kunting, Gintani Swastika & Yahya Dwi Kurniawan, Julian Abraham "Togar", dan Yosefa Aulia.

Kami berangkat dari pemahaman bahwa praktik kriya tidak melulu soal material, tetapi juga mengenai aspek relasional di dalam proses pengerjaannya. Dalam pameran bersama ini, kami mengeksplorasi tiga elemen inti kriya–baik sebagai cara berpikir maupun penciptaannya–yang meliputi materialitas, sumber (material), dan prosesnya. Kepentingannya, menyingkap berbagai jenis narasi sosial-kultural yang terkandung di dalamnya.

Melalui pameran ini juga, kami hendak melihat dan menyingkap berbagai dimensi yang ada di balik objek kriya dengan cara mengurai elemen-elemen yang membentuk sebuah karya. Bagaimana kita bisa membawa narasi dari sebuah material yang hidup di dalam konteks sosial-kultural tertentu di ruang pamer? Kisah apa saja yang bisa kita tangkap dari penyelidikan para seniman partisipan mengenai "sumber dan proses" dari sebuah material?

Seniman-seniman yang terlibat di dalam proyek ini akan membagikan hasil penelitian artistik mereka terkait dengan hubungan antara material, sumber, dan proses melalui beragam medium. Singkatnya, karya-karya di dalam pameran ini akan mengurai hubungan antara kriya dengan realitas sosial-kultural tertentu atau aspek-aspek lain yang seringkali tidak tampak di dalam medan kriya.
 
Wicara Seniman

Senin, 7 Mei 2018 / 17.00 – 19.00 WIB
di Galeri Lorong
 
Pemutaran Film dan Diskusi
by Festival Film Dokumenter
dengan Alia Damaihati


Kamis, 17 Mei 2018 / 18.00 - 20.00 WIB

Film Dokumenter Kategori Pelajar:
1. Bangku Untuk Remaja, Dwi Astuti (8', 2012)
2. Kampung Tudung, Yuni Etifah (15', 2013)
3. Jenitri (Pelajar),  Muslihan (16', 2014)
4. Penderes dan Pengidep, Yudhi Fiansyah (30', 2015)
 
Film Dokumenter Pendek 2002:
Gerabah Plastik, Tonny Trimarsanto (14', 2002)

 

MADE OF: STORIES OF THE MATERIAL
Galeri Lorong in collaboration with ARCOLABS Jakarta
 
Curators: Arham Rahman and Adelina Luft
 
Artists:
Abud Andri Williams
FJ Kunting
Gintani Swastika and Yahya Dwi Kurniawan
Julian Abraham 'Togar'
Yosefa Aulia
 
Opening

Saturday, 5 May 2018 / 17.00
Performance by FJ Kunting / 18.00 – 18.30
Interactive artworks with public participation / 18.30 – 20.00

Exhibition runs:
5 - 30 May 2018
 
Following Lorong Gallery's discursive agenda of contemporary craft narratives and practices, the collaboration between Arcolabs Jakarta and Lorong Gallery tries to intervene with new perspectives proposed by the curators Arham Rahman and Adelina Luft through the works of six local young artists from a diverse artistic media background: Abud Andri William, FJ Kunting, Gintani Swastika & Yahya Dwi Kurniawan, Julian Abraham "Togar", and Yosefa Aulia.
 
We depart from the understanding that craft practices are not merely subjected to their materiality but more essentially to the relational aspects of its processes. In this group exhibition we explore three core elements of crafts as a way of thinking and making - the material, its provenance, and the processes implied - to reveal uncounted stories of their social and cultural attached dimensions.
 
The exhibition "Made Of: Stories of the Material" is concerned with looking at and revealing different dimensions that lie behind the craft object by means of decomposing the works, understood as a way to narrate beyond visual limited constructions. How can we bring the narrations of a material that inherent various social and cultural dimensions to the exhibition space? What stories are bound to be told from various investigations into the provenance and processes of the localized material?
 
The artists invited will narrate their artistic researches related to the threefold relationship between material, provenance, and process through the various media they commonly explore with open-ended output possibilities. In essence, the works will speak about sociocultural realities related to the unseen aspects of practices related - more or less directly - to the realm of crafts.
 
 
Artist Talk

Monday, 7 May 2018 / 17.00 – 19.00
at Galeri Lorong
 
Film Screening and Discussion
by Festival Film Dokumenter
with Alia Damaihati


Thursday, 17 May 2018 / 18.00 - 20.00

Student Short Documentaries:
1. Bangku Untuk Remaja, Dwi Astuti (8', 2012)
2. Kampung Tudung, Yuni Etifah (15', 2013)
3. Jenitri (Pelajar),  Muslihan (16', 2014)
4. Penderes dan Pengidep, Yudhi Fiansyah (30', 2015)
 
Short Documentary 2002
Gerabah Plastik, Tonny Trimarsanto (14', 2002)

 


ARCOLABS didirikan pada tahun 2014 sebagai Center for Art and Community Management yang merupakan bagian dari Surya University di Tangerang, Indonesia. ARCOLABS memiliki misi untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi melalui berbagai program berbasis pameran seni visual, proyek-proyek pengembangan masyarakat, workshop, penelitian dan kajian seni serta acara-acara akademis dan non akademis lainnya. Sejak tahun 2016, ARCOLABS telah beroperasi secara independen.

ARCOLABS was established in 2014 as Center for Art and Community Management within Surya University. Its mission is to enhance creativity and innovation through a variety of practice-based programs including visual art exhibitions, community development projects, hands-on workshops, student research and other academic and non-academic events. Since 2016, ARCOLABS has operated independently of the university.
 
www.arcolabs.org




 
Copyright © 2018
GALERI LORONG
All rights reserved