Monday, May 2, 2016

Pembukaan Presentasi Proses rdp#2: 'Sebut Saja 'Mawar' @JogjaContemporary 7 Mei 19.00 wib

--

> Presentasi Proses Proyek Seni Berkelanjutan | Presentation of an on Going Process
> rdp #2 |  Sebut Saja "Mawar"
> Datang Silakan - Dilihat Boleh - Dipegang Jangan - Dibuang Sayang
> Jogja Contemporary, 7 - 14 Mei 2016
>  
> Acara Pembukaan | Opening Program
> Sabtu | Saturday
> 7 Mei 2016 19.00 Wib.
> Karaoke bersama | Karaoke with
> Bambang "Toko" Witjaksono
>  
> Pameran Buka Setiap Hari | Exhibition Open Daily
> 10:00 - 17:00 wib
> Kehadiran Seniman | Artist Presence
> 15:00 - 17:00 wib
> Atau dengan Perjanjian | Or by Appointment
>  
> Seniman | Artists
> Lashita Situmorang
> Karina Roosvita Indirasari
>  
> Penulis | Writer
> Akiq AW
> Bambang "Toko" Witjaksono
> Sonja Dahl
>  
> Reservasi | Reservation
> Ries: +62 818260134
> ries@jogjacontemporary.net
>  
> Diskusi Publik | Public Discussion
> Pendidikan Sex untuk Remaja | Sex Education for Teenagers
> Oleh | by DR Laine Berman
> Selasa | Tuesday 10 Mei 2016
> 14:00 - 15:00 wib
> Dengan Pendaftaran | By Registration
> Peserta terbatas 15 orang | 15 seats available
> CP Dwi Uwik +62 85200624949
>  
> Bincang Seniman | Artists Talk
> Selasa | Tuesday
> 10 Mei 2016
> 15:30 - 16;30 wib
> Untuk umum | free for public
>  
> Jaringan Kerja | Working Network
> Red Dstrict Project
> Jogja Contemporary
> P3SY ( Persatuan Perempuan Pekerja Seks Yogyakarta)
> AGASO ( Anak Gang Sosro)
>  
>             Red District Project (RDP) adalah program terapan independen berbasis seni dan budaya yang partisipatif dan kreatif dengan tujuan mengangkat dan menawarkan cara pandang baru, yang berbeda dan terbuka mengenai topik seputar praktek prostitusi dan lingkupannya kepada masyarakat luas melalui media seni. 
>             RDP#1 pertama kali digagas oleh Lashita Situmorang pada tahun 2008-2009 di lokasi prostitusi yang dikenal sebagai Sarkem (diambil dari nama jalan Pasar Kembang).  RDP#1 melibatkan sejumlah seniman-seniman baik dari Yogyakarta, Korea dan Amerika untuk memberikan workshop seni dan keterampilan selama 3 bulan intensif di kawasan Sosrowijayan. Program ini terbuka untuk pekerja seks pada khususnya dan warga setempat (baik dewasa, remaja dan anak-anak). Pada prosesnya program RDP#1 berhasil menciptakan 'ruang pertemuan' baru yang netral di antara pekerja seks dan warga sekitar Sosrowijayan. Hasil pertemuan tersebut bisa dilihat dari presentasi akhir RDP#1 yang telah berlangsung pada tanggal 25 Juni 2009, festival seni bernama Sosrow Unite ini diinisiasi bersama oleh Team RDP, warga Sosrowijayan dan pekerja seks.
>             Tahun ini, Lashita Situmorang mengajak Karina Roosvita,  seorang seniman dan peneliti, mengembangkan dan mengusung RDP#2 pada karya seni berbasis teknologi media baru. Alasan menggunakan media teknologi baru ini sengaja dipilih meski ada larangan 'tidak tertulis' tentang  penggunaan alat-alat rekam di kampung. Larangan tersebut dilihat sebagai salah satu bentuk kerentanan dan keresahan sebuah kampung atas konflik yang kerap terjadi berkaitan dengan pembacaan atau pemberitaan praktek prostitusi Sarkem selama ini.  Kampung ini diluar praktek prostitusinya, adalah perkampungan biasa dan bukanlah lokalisasi seperti anggapan masyarakat luas. Hal inilah yang kami usung dalam berkarya di RDP#2.
>             Karena adanya pengetahuan, kedekatan di proses RDP#1 dan adanya kesamaan visi melihat lokasi sebagai kampung yang melegenda dengan praktek prostitusi didalamnya, maka larangan tersebut dicabut sebagai kesepakatan bersama, ijin berkarya merekam kampungpun diberikan di awal pertemuan bulan September 2015. Pada prosesnya membawa alat rekam/photo berjalan lancar, warga cukup terbuka, hingga pada bulan Maret, Lashita mendapatkan pemberitahuan penghentian kegiatan untuk sementara waktu dikarenakan banyaknya sorotan media terhadap kampung berkenaan penutupan praktek prostitusi Sarkem dan semenjak itu kampungpun kembali tertutup.
>             Tajuk RDP#2  "sebut saja Mawar" datang silakan, dilihat boleh, dipegang jangan, dibuang sayang, merupakan presentasi proses kreatif RDP#2 dari meneliti, merekam dan mengolahnya dalam bentuk karya seni di sebuah kampung (di kota) yang telah hidup berdampingan dengan praktek prostitusi selama lebih dari kurun waktu 120 tahun hingga kini.
>  
> Bio Seniman:
> Lashita Situmorang (Samarinda, 1977) tinggal dan bekerja di Yogyakarta Indonesia. Lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta, jurusan Seni Murni  tahun 2007. Dalam berkeseniannya, kini Lashita banyak berbicara tentang isu sosial dan lingkungan dengan pendekatan riset sebagai metoda pengkaryaannya. Red District Project (RDP) adalah salah satu proyek kesenian yang ditemukan dan semenjak tahun 2008 dan RDP#2 pada tahun 2016,  proyek RDP ini membawa Lashita terlibat dalam beberapa proyek sejenis seperti Makcik Project (Episode 1 tahun 2012 dan Episode 2 tahun 2013), Poetic Everyman Project (Part 1: Micro Cosmos/Macro Cosmos, di Yogyakarta pada tahun 2013 dan Darwin Australia 2014), "Care About Me Not My (Queer) Identity!", WATCH INDONESIA in Berlin, Hannover and Cologne 2011 Immemorial, Indonesia-Australia-Philipine, Chan Contemporary Art Space, NT Darwin, Crossing Signs Project, 14 Artists from Germany and Indonesia Experiencing The "Liminal Zone", Taman Budaya Yogyakarta dan Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, 2010 U(Dys)topia, HFBK Dresden, Freies Museum Berlin, Neuse Kunstforum Cologne, 2009 Immemorial, Jogja- Darwin Project, The South Project, Pertemuan Negara Selatan-Selatan, Yogyakarta.
>  
> Karina Roosvita Indirasari, lahir 1978, Yogyakarta, Indonesia adalah penulis dan seniman yang bekerja dengan riset sebagai metode pengkaryaannya. Menggunakan medium fotografi, video dan animasi, Roosvita tertarik mengembangkan politik identitas maupun politik ruang sebagai tema karya dan proyek seni yang diikutinya. Dalam Red District Project #2,  Roosvita mengambil topik identitas personal dalam hubungannya dengan identitas lingkungan. Dalam konteks Pasar Kembang, identitas dapat saling bertukar, sekaligus berbatas sangat jelas. Namun sepertinya justru strategi inilah yang menghidupi ruang ini selama 120 tahun keberadaannya. Sebelumnya, bersama Kunci Cultural Studies Roovita mendapatkan penghargaan sebagai Best Event dalam Parallel Event Jogja Biennale XI (2011) dan bersama Kelompok Perempuan Eksperimental mendapatkan penghargaan sebagai Best Event dalam Parallel Event Jogja Biennale XII (2013).
> Saat ini Roosvita juga tergabung dalam kelompok Kongsi Benang dan Forum Peneliti Musik Laras. Roosvita juga sedang berusaha menyelesaikan S2-nya di Kajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada.
>  
> ---
>             Red District Project (RDP) is a participatory and creative, art and culture based, independent  program aimed to promoting and offering a new different and open perspective on the prostitution and topics surrounding it in to the general public using art as media.
>             RDP#1 was firstly initiated by Lashita Situmorang in 2008-2009 at prostitution site known as Sarkem (taken from the name of the street Pasar Kembang meaning Flower Market). RDP#1 involved a number of artists from Yogyakarta, Korea and the United States and provided arts and crafts workshops for an intensive 3-months period at Sosrowijayan area. The program was open to sex workers in particular and the local people ( adults, teens and children). In the process, RDP#1 managed to create a new neutral 'hub' between sex workers and common residents of Sosrowijayan. The results of the interaction was showcased at RDP#1 final presentation on June 25th, 2009, in an art festival named Sosrow Unite, initiated collaboratively by RDP team, Sosrowijayan's residents and sex workers.
>             This year, Lashita Situmorang invites Karina Roosvita, an artist and researcher, developing and presenting RDP#2 on new media based artworks. New technology media is deliberately chosen, even though there is a 'unwritten' ban on the use of recording equipment in the area. The ban, they see as a form of vulnerability and insecurity of the area towards the conflicts that often occur with regards to perspectives or public opinions on the prostitution practice in Sarkem. This area, beyond the practice of prostitution, is a regular settlement and not as a prevailing perception (prostitution) localization. This point is what RDP#2 wants to showcase.
>             Because of the shared-knowledge, the close relationship in RDP#1 and also shared vision in viewing the 'legendary' reputation of the area, with its prostitution, the local leaders agree to allow the documentation and granted RDP#2 with permit to tape and record, at the beginning of the meeting in September 2015. In the process, bringing a recorder/photo  taking equipments was running smoothly.  Residents were open until March,

No comments:

Post a Comment