https://www.facebook.com/events/598564633614773/ Merayakan kemajemukan pada peringatan HUT ke-70 RI Kantor Berita Antara bekerjasama dengan Museum Bronbeek Belanda serta didukung Yayasan Bung Karno mengundang Anda untuk menghadiri: Pemutaran Film: Minggu, 6 September 2015,15:00 WIB MURUDEKA 17805 atau Merdeka 17845 dirilis 2001. Sutradara: Yukio Fuji. Penulis Skenario : Ishimatsu Aibutsu. Pelaku lakon: Yundai Yamada, Lola Amaria, Muhammad Iqbal, Naoki Hosaka, Koji Tsukamoto. Musik Ryouichi Kuniyoshi. Sinematografi Kenji Takama Produksi Tokyo film Production Film ini merupakan produksi Jepang yang berkolaborasi dengan Indonesia. Landasan cerita diangkat dari kisah nyata sejumlah serdadu elit Dai Nippon dari Tentara ke-16 yang turut berperang di pihak Republik dalam perang Kemerdekaan pada tahun 1945. Dengan bumbu romansa percintaan yang melibatkan seorang prajurit kekaisaran yang jatuh cinta dengan perawat Indonesia dalam medan laga yang sama. Film ini masuk dalam kategori kontroversial karena Jepang ditampilkan bak dewa penolong hingga kemerdekaan tercapai. Namun sejarah memang penuh paradoks. Kenyataan bahwa lagu Indonesia Raya dengan bebas dinyanyikan hanya bisa terjadi pada era pendudukan Jepang. Sejarah medan laga selalu dekat dengan propaganda dari pihak-pihak yang bertikai. Pada masa pendudukan Jepang, propaganda Belanda juga menyelinap bersama angin kesempatan. Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Soemadi Brotodiningrat sempat melayangkan surat protes kepada produser film Katsuaki Asano untuk membuang adegan yang menurutnya merendahkan bangsa Indonesia. Scene yang dimaksud adalah adegan seorang nenek tua Indonesia mencium kaki tentara Jepang sebagai pembuka film. Dia adalah seorang penyambut kala pendaratan tentara Dai Nippon di pantai Jawa. Pengarah lakon mengaitkan adegan tersebut dengan ramalan Jayabaya tentang akan datangnya orang-orang kuning sebagai juru selamat di tanah Jawa. Protes sang Dubes tampaknya tak berhasil. Saat premiere pada awal 2001 adegan-adegan kontroversial versi Dubes tetap tampil merdeka saat penayangan. Pemutaran film ini akan ditutup dengan diskusi oleh: pembicara Bonnie Triyana (sejarawan UnDip, pendiri situs dan majalah sejarah Historia) dan Lola Amaria (sutradara dan produser film) dengan Dyah Sulistyorini (moderator, Kantor Berita Antara) Galeri Foto Jurnalistik Antara Jl.Antara 59,Pasar Baru ,Jakarta 10710 T/F:021-3458771; www.gfja.org Acara Gratis/Terbuka untuk umum Didukung oleh: Yayasan Bung Karno IPC -Emerging Trade Emerging Indonesia House of Sampoerna Harapan Prima-Offset Printing Paperina-fancy papers for creative people Persatuan Filateli Indonesia Leica Store Indonesia Globe-Digital Imaging Garuda Indonesia-The Airline of Indonesia Citilink Manticore Studio MAEN Foundation Masyarakat Fotografi Indonesia Smartfren VSEE Blues4Freedom Neo Journalism Club |
No comments:
Post a Comment