|
|
|
|
Try To Explain
Pameran Duet│An Exhibition Of :
Titus Garu dan Diana Harjanti Mahardika
Organized by:
Museum dan Tanah Liat
Dikurasi Oleh │Curated By:
Bambang 'Toko' Witjaksono
Pengantar oleh | Foreword by
Hari Prajitno-MDTL
Pembukaan | Opening
Senin | Monday, 28 September 2015 | 19.30 wib
Pertunjukan Oleh │Special Performance by:
Emaneman Band & Mamahima
Pameran berlangsung hingga | Exhibition runs through
Selasa | Tuesday, 13 Oktober 2015
di | at
Jogja Contemporary
Komplek Jogja National Museum (JNM)
Jl. Ki Amri Yahya No. 1 Yogyakarta
Pameran Buka Setiap Hari Pada │ Exhibition Open Daily at:
10:00 WIB – 17:00 WIB
Reservation:
Ries (+62 818260134/ ries@jogjacontemporary.net)
Bara (+62 856 28 31147 / barahasti@gmail.com)
Rilis Media
Yogyakarta-Bertempat di Jogja contemporary yang beralamat di Komplek Jogja National Museum Jl. Ki Amri Yahya No. 1 Yogyakarta, Museum dan Tanah Liat kembali menggelar pameran. Kali ini merupakan pameran duet antara Titus Garu Himawan dan Diana Harjanti Mahardika yang bertajuk "Try To Explain".
Mengapa "Try To Explain" ? "Lewat pameran inilah kedua perupa mencoba menjelaskan posisi mereka, terutama posisi serta kesadaran mereka sebagai seniman muda yang mulai menapaki proses dalam jagad seni rupa dewasa ini" jelas kurator Pameran Bambang 'Toko' Witjaksono. Mengingat kedua perupa tersebut masih tercatat sebagai mahasiswa Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga telah memilki peran dalam kehidupan rumah tangga karena sama sama telah menikah (Titus sudah menikah dengan Dita dan Diana sudah menikah dengan Trias).
Titus yang merupakan mahasiswa Jurusan Seni Kriya Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta ini juga bergabung dan aktif dalam Prison Art Programs adalah seorang perupa yang sangat spontan dalam berkarya, tidak bergantung kepada material karya. Kegemarannya adalah memunguti benda-benda unik tak terpakai atau membeli mainan anak-anak yang kemudian ia preteli dan ia rangkai kembali, ia warnai, ia tambahi hingga lahir bentuk baru. Ketika sibuk menggabungkan benda-benda temuannya tersebut, Titus masuk dalam alam imajinasinya, alam kebebasannya. Kemudian ketika karya tersebut selesai, barulah ia putuskan pengemasan karya tersebut.
Pada pameran "Try To Explain" kali ini, Titus menghadirkan 22 karya dua dimensi lukisan di atas kanvas, drawing di atas lembaran karton, jahitan benang pada kertas serta cat semprot dan kolase di atas lembaran akrilik.
"Hampir senada dengan Titus, Diana juga senang untuk merangkai bentuk dari berbagai material, namun benda/material ini bukan barang bekas. Material yang selama ini mempunyai fungsi lain, ia jadikan bahan untuk membuat karya" jelas Bambang Toko.
Diana menghadirkan 7 karya tiga dimensi dengan material dakron, kain, NYA wire, kayu jati, akrilik, stocking, kayu kelapa, resin, pecahan kaca, dan sponge. Dalam berkarya, Diana sangat dipengaruhi oleh buku-buku cerita anak-anak. Pengaruh visual karya-karya Diana paling banyak ia dapatkan dari ilustrator Quentin Blake. "Aku seorang penggemar berat otak, karena otak merupakan keajaiban yang luar biasa" terang Diana. "Bagiku berkarya adalah memberi makanan pada otak" lanjutnya.
Selain persamaan latar belakang sebagai mahasiswa yang telah berumah tangga serta kegemaran merangkai bentuk dan mengeksplorasi material, lewat pameran "Try To Explain" yang akan dibuka pada Senin 28/09/15 pukul 19:30 WIB ini baik Titus maupun Diana dalam catatan kuratorial Bambang Toko seakan berada pada posisi transisi; posisi yang membuat galau : antara masa muda yang bebas dan masa sesudah menikah yang sering dikonotasikan sebagai masa kemapanan.
Yth:
Rekan2 seniman dan akademisi Indonesia di manapun berada
Dengan hormat,
Kami Sekretariat Bersama Seni Indonesia Berkabung mengundang Anda semua menghadiri dan bergabung dalam acara Festival Musik Kampus "Berani Jujur" pada:
Jumat, 25 September 2015, Pukul 19.30 – 22.00 WIB
Di PKKH UGM – Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjosoemantri, Yogya
Rangkaian acara Festival Musik Kampus adalah pembacaan Deklarasi Bulaksumur dan Pralaya Matra (Seni Buang Sial). "Berani Jujur" Festival Musik dan seluruh rangkaiannya adalah cara mengingatkan diri sendiri sebagai seniman dan akademisi agar tidak asik dengan diri sendiri.
Acara ini merupakan bagian dari Proyek Seni Indonesia Berkabung yang digagas oleh gabungan akademisi dari Universitas Sanata Dharma, Institut Seni Indonesia, Universitas Duta Wacana, Universitas Gadjah Mada, dan seniman Yogyakarta, adalah serangkaian kegiatan seni beragam bidang dan seminar yang diselenggarakan untuk mengkritisi situasi sosial dan politik yang terjadi di Indonesia saat ini. PROYEK SENI INDONESIA BERKABUNG akan dilangsungkan dalam kurun 6 bulan terhitung mulai Juli sampai Desember 2015.
Di bawah ini naskah deklarasi yang akan kita baca bersama-sama pada Festival Musik Kampus "Berani Jujur", (Jumat 25 September 2015, pukul 19.30 WIB), berurutan dengan Pralaya Matra (Seni Buang Sial) Ngakan Ardana, yang sekaligus menjadi penanda penutupan pameran senirupa "Duh Gusti".
Deklarasi Bulaksumur
1. Para pemimpin lembaga negara dalam mengambil keputusan, jangan mengikatkan diri pada kepentingan apapun selain pada rakyat dan hati nurani;
2. KPK harus tetap menjadi lembaga independen dan menjadi ujung tombak dalam memberantas korupsi di Indonesia;
3. Seniman dan akademisi jangan hanya sibuk dengan estetika, subjektivitas, soal-soal keilmuan dan kemapanan status, tapi harus responsif terhadap persoalan kehidupan yang mengancam kepentingan rakyat dan kehidupan bersama.
Demikian undangan, atas perhatiannya kami sampaikan terimakasih sebelumnya.
Hormat kami,
Yustina Neni / Sekretaris
|
|
Rangkaian Proyek Seni Indonesia Berkabung: Pameran Seni Rupa "Duh Gusti". Mari datang dan ramaikan malam pembukaan pameran, Jumat, 18 September 2015 Pkl. 19.30 bertempat di PKKH UGM.
Partisipan: Cahaya Negeri, Dito Yuwono, Elia Nurvista, Fajar Suharno, Ngakan Ardana, Pang Warman, Wimo Ambala Bayang.
Bawa barang yang kamu anggap bikin sial sebagai bagian dari karya.