Tuesday, May 31, 2016
pameran seni rupa NITIBUMI
Jumat 3 Juni pk 18.30
di Bentara Budaya Bali
Jl Bypass IB Mantra 88A Ketewel
Pembukaan dimeriahkan tari Jasmine Okubo, Dibal Ranuh dan band MANU.
Seniman yg berpameran Redika, Wiradana, Supena, Loka, Teja, Imam, Galung, Kenyem, Gunawan, Uuk, Bambang, Alit Wijaya Suta.
Pameran Fotografi "IMAJI#2 Alternative Photographic Processes"
> https://www.facebook.com/events/977420185689408/
> View this email in your browser
>
> https://www.facebook.com/events/977420185689408/
>
> Fotografi FSMR ISI Yogyakarta Angkatan 2014,KOPPI,dan teman-teman bekerja sama dengan Galeri Foto Jurnalistik Antara mempersembahkan:
>
> Pameran Fotografi "IMAJI #2" Alternative Photographic Processes
>
> Pembukaan:
> Jumat, 3 Juni 2016 ;pk:19:00 WIB
> Neo Journalism Club
> Galeri Foto Jurnalistik Antara
> Jl.Antara no 61,Pasar Baru, Jakarta 10710
> T/F:021-3458771
> http://www.gfja.org/
>
> Kurator:Oscar Motuloh,Edial Rusli,Irwandi,Pamungkas WS.
>
> Pameran Foto :
> 3 - 16 Juni 2016,Pk: 10:00 -20:00 WIB
>
> Lokakarya "Alternative Photography Processes" oleh KOPPI
> Sabtu,4 Juni 2016, Pk: 10:00-12:00 WIB
> (Kuota Terbatas)
>
> Sarasehan
> Sabtu,4 Juni 2016, Pk: 13:00-15:00 WIB
> Info: 0823 5440 6226 (Via)
>
> GRATIS/Terbuka untuk umum
>
> Copyright © 2016 Galeri Foto Jurnalistik Antara, All rights reserved.
>
> Our mailing address is:
> Galeri Foto Jurnalistik Antara
> Jalan Antara no.59
> Pasar Baru
> Jakarta 10710
> Indonesia
Friday, May 27, 2016
Artist's talk with Marco Cassani 1 June 2016 at IIC Jakarta
The Embassy of Italy and the Italian Cultural Institute, Jakarta
proudly present
Artist's talk with Marco Cassani
INDISCIPLINATO
Wednesday, June 1, 2016
at 3pm
Auditorium IIC Jakarta
Jl. HOS Cokroaminoto 117, Menteng Jakarta 10310
RSVP at the latest May 31 to eventi@itacultjkt.or.id
For further information please contact 021 3927531-2
Open for public. Free admission
Benny Setiawan: The Maestro Art Exhibition for Artist's 80th Year
Art Exhibition for Artist's 80th Year
28 May – 22 June 2016
Galeri Hadiprana Jl. Kemang Raya No. 30
Jakarta 12730
Tel. 021-7194715
Artist Reception:
Saturday, 28 May 2016
11.00 AM - 4.00 PM
@ Galeri Hadiprana
Artist Benny Setiawan will be in his eighth decade of life. To celebrate the artist’s 80th year, Galeri Hadiprana will put on special exhibition of his work, from May 22, 2016 - June 5, 2016. The event is also intended as part of the 488th anniversary commemoration of Jakarta as a city. Born in Jakarta on 7 July 1937. He is regarded as one of the Indonesia’s greatest and most influential artist in watercolor. A self-taught artist, since his early childhood he has always enjoyed painting. He later joined the Yin Hua artist’s association which was founded in 1955 in Jakarta by Chinese Indonesian artist Lee Man-Fong (1913-1988). Benny learned techniques from him and other senior painters who later became famous, but he created his own style through constant practice.
In 1959 he held his first exhibition in the Gedung Chandra Naya, Jakarta. His first foreign exhibition in 1973 in the Batik Gallery Koln, Germany. In 1975 he participated in the group exhibition in the Gallery Sidney Rothman in New Jersey USA. During the period 1973–1978 hev held a series of group exhibitions in Singapore, Thailand, Taiwan, Japan, and
Tuesday, May 24, 2016
LAF Invitation THREE EXHIBITIONS AT ONCE
|
pameran senirupa: [May]so
Pameran senirupa Galeri Lorong: [May]so.
Pada bulan Mei 2016 ini Galeri Lorong akan menyelenggarakan Seni Rupa bertajuk "[May]So "oleh Andi Miswandi, C. Roadyn, Endro Bayu, Muji Harjo, Sigit Raharjo.
Sebuah karya seni akan menjadi artefak yang tidak banyak memiliki makna bila hanya tersimpan dalam sebuah studio atau gudang yang gelap. Di samping itu, seorang seniman yang telah bersusah payah berkarya hanya akan menjadi legenda bagi dirinya sendiri bila karyanya tidak di kenal orang. maka dari itu lewat pameran yang bertajuk " (May) so ini kami berupaya membuat catatan perjalann kesenian kami.
(May) so adalah idiom yang terdiri dari kata May dan so yang keduanya di gabung mempunyai arti " Boleh jadi" sedangkan kata May sendiri berarti bulan Mei. Sebagai harapan kami semua di bulan Mei ini bisa memberi tanda yang berarti bagi laku berkesenian di Jogja bahkan lebih luas lagi.
Pameran berlangsung pada tanggal:
Rabu, 25 Mei 2016
17:30 - Selesai
Dibuka oleh: Edhi Sunaryo
Bertempat: Galeri Lorong
Galeri Lorong Maps: https://www.google.com/url?hl=en&q=http%3A%2F%2Fwww.google.com%2Fappserve%2Fmkt%2Fp%2FBK8yBYJyZ-aPWW0b6lVL0zlN922kz3DVfsxLp98xtdVekRGtiArXdKc9gryzb_84D1X8woLvCFkcjdm9RQQBpBOqi0_9yCq-mSA%3D&source=gmail&ust=1463894235027000&usg=AFQjCNEItnQIoef8nDA2tlTTgyqNCo0uIA
Pameran berlangusng
25 Mei - 10 Juni 2016
Dibuka setiap hari
11:00 - 20:00 WIB
-------------------------------------------------------------------------------------
www.galerilorong.com
Galeri Lorong // @galerilorong
Copyright © 2016 GALERI LORONG
Our mailing address is:
Galeri Lorong at Dusun Jeblok RT 01 Dukuh 3, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
www.galerilorong.com
IN SITU Open Studio: MONICA HAPSARI 29-31 Mei 2016
Seniman residensi bulan Februari '16 kami, Monica Hapsari, adalah seorang ilustrator/perupa/musisi/pengajar/pengarah gaya asal Jakarta. Setelah banyak melahirkan karya ilustrasi maupun karya seni yang berhubungan dengan dunia fashion, dua tahun ke belakang Monica terdorong untuk menciptakan karya yang mengangkat minat personalnya. Minat yang tumbuh sejak lama, di luar kedekatannya dengan dunia fashion.
Monica ternyata memiliki pandangan personal yang cukup mendalam tentang perjalanan spiritual. Tema ini sebenarnya sudah dapat dilihat dari karyanya, "The End Is The Beginning Is The End", pada pameran Exi(s)t #3 (Dia.Lo.Gue Artspace, Jakarta), 2014. Saat itu, ia menciptakan sebuah ruangan gelap dengan instalasi kinetik komposisi sulaman benang yang menyerupai bentuk mandala. Tema yang cukup "serius" semacam ini tentu tidak muncul dengan tiba-tiba. Pengalaman personalnya menyangkut hal yang bersifat spiritual terjadi cukup intensif beberapa waktu ke belakang, mendorong Monica untuk mencari bentuk dan proses berkarya yang dapat mengakomodir kondisi psikologisnya
Selama satu bulan masa residensi di PLATFORM3, setelah fase diskusi soal gagasan, Monica kemudian memfokuskan diri pada olah visual. Monica mempelajari kembali unsur-unsur dasar visual, terutama visualisasi dua dimensi. Lewat pemahaman ulangnya akan unsur-unsur dasar visual, Monica mengembangkan karyanya dengan berangkat dari salah satu bentuk paling dasar dalam drawing, yaitu garis. Garis –yang juga merupakan unsur penting dalam medium andalan Monica, yaitu sulam—menjadi titik tolaknya untuk meneguhkan seri barunya; sebuah kemungkinan akan proses kekaryaan yang teurapetik.
Monday, May 23, 2016
Pameran Seni Rupa Kontemporer " At Jogja Contemporary " 24 Mei - 30 Juli 2016
@jogjacontemporary
24 May – 30 juli 2016
Buka : Senin – Sabtu, 10.00 – 17.00 wib
Ruang Atas (Solo) is invited to join the exhibition for their feisty young spirit. Starting at a modest rented house in Mojosongo Solo, which then renovated collectively and then administered as a showroom alternative, Ruang Atas brought a fresh breath to Solo art scene. Equipped with understanding of the lack of space for visual art in Solo, Ruang Atas tries to create opportunities for your emerging artist to show their works and get appreciation from its audience. On the first year the Ruang Atas' program was to initiate solo exhibitions, discussions and presentations by young artists in Solo. On the second year, it tries to be more open to build relationships with the community and other communities outside the art. Currently the Ruang atas has had a new space in Debegan, Mojosongo, Solo and is trying to optimize space as a mini gallery, office, studio residency and artshop. During 15 months of its existence, Ruang Atas has facilitated about 40 exhibition programs, films screening, workshops and collaborative art project between art and society. https://ruangatasspaceandgathering.blogspot.co.id/
--
Undangan / Invitation Wondering Wonderland. Teater Garasi 26-29 Mei 2016
Wondering Wonderland adalah sebuah festival kecil yang merangkum karya-karya terbaru yang tengah dikerjakan dan dipersiapkan oleh kolektif seniman Teater Garasi. Sembari menikmati karya visual terkini Jompet Kuswidananto, Anda juga dapat mengikuti pembacaan dekat Sukra's Eyes - kumpulan cerpen terbaru Gunawan Maryanto yang sebelumnya telah terbit di Frankfurt Book Fair. Penikmat musik dapat mengapresiasi sajian musik kontemporer 'Menara Ingatan' karya Yennu Ariendra. Sementara karya bersama Teater Garasi, "Yang Fana adalah Waktu. Kita Abadi", yang tengah digarap kembali untuk dipentaskan di Jakarta akhir Juli, akan dipresentasikan dalam tiga bagian pendek, dalam tajuk "Paradise Now". Penikmat seni tradisi akan disuguhi berbagai penampilan tari dan musik tradisi Jawa. Luangkan waktu Anda untuk merayakan 'Wondering Wonderland' di Teater Garasi 26-29 Mei 2016. Sampai jumpa
*Mohon maaf jika Anda menerima email yang sama/berganda
---------------------------------
Wondering Wonderland is a mini festival concluding new works-in-progress from Teater Garasi's artist collective. While enjoying Jompet Kuswidananto's new visual works, we invite you to go along with Gunawan Maryanto's close reading of Sukra's Eyes - a short story anthology which was first published at the 2015 Frankfurt Book Fair. Contemporary Music lovers may pose appreciation to Yennu Ariendra's piece 'Menara Ingatan'. Meanwhile, Teater Garasi's collective piece, "Yang Fana Adalah Waktu. Kita Abadi" (Time is transcient, We are Eternal) - currently being re-processed for a performance in Jakarta at the end of July - will be presented into three fragments under the title "Paradise Now". For those who relish traditional performing arts will be able to enjoy a variety of traditional Javanese music and dance. Spare a spell to celebrate 'Wondering Wonderland' at Teater Garasi 26-29 May 2016. Cu there!
Teater Garasi/Garasi Performance Institute
address: Jl. Jomegatan, Nitiprayan 164B Rt 04 Ngestiharjo Kasihan Bantul 55182 Yogyakarta INDONESIA
phone/fax: +62 274 415844 e-mail: garasi@teatergarasi.org homepage: www.teatergarasi.org
facebook page: Teater Garasi/Garasi Performance Institute twitter: @teatergarasi
Thursday, May 19, 2016
Pameran YOGYA Annual Art #1_Jumat, 20 Mei 2016, Jam 19.00_@ Bale Banjar SANGKRING
Yogya Annual Art dan Bale Banjar SANGKRINGMengundang Anda dalam Pembukaan Pameran"YOGYA Annual Art #1"Jumat, 20 Mei 2016, Jam 19.00 wibDibuka oleh Dewa BudjanaDi Bale Banjar SangkringNitiprayan Rt. 1 Rw. 20 No. 88 Ngestiharjo Kasihan Bantul Yogyakarta 55182Pameran berlangsung dari tanggal 20 Mei - 20 Juli 2016Sebuah Niat yang Tegas Sekaligus Memikat
Menyaksikan tampilan pertama Yogya Annual Art bisa jadi pertanyaan pertama yang muncul adalah; Kenapa kembali ke lukisan? Jawaban pertama dan utamanya pasti (bukan bisa jadi); Kenapa tidak! Sengaja tak menggunakan tanda baca berupa tanda tanya melainkan tanda seru, karena memang tak sedang menjawab pertanyaan dengan pertanyaan lain melainkan sebuah penegasan. Dan sesungguhnya event tahunan di Bale Banjar Sangkring ini adalah upaya menegaskan betapa Seni Rupa (Yogyakarta) punya niat yang baik serta sikap yang jelas sekaligus menjelaskan.
Di jaman kontemporer yang anything goes ini kok malah menampilkan karya dua dimensi dan 'hanya' lukisan saja? Definisi kontemporer bukanlah medium yang digunakan namun terletak pada kekinian dan kepintaran dalam mengolahnya. Dengan kata lain sekadar lukisanpun tetaplah kontemporer dan sama sekali tidak kalah terhormat dibanding karya instalasi, multi media dan sejenisnya. Jadi berhentilah menganggap lukisan sebagai old fashioned! Lalu kenapa membatasi pilihan berupa lukisan? Sebab "kata dasar" senirupa sesungguhnya adalah ya Gambar. Salah satu niatan awal merancang kegiatan YAA ini untuk menepis tuduhan terhadap perupa hari ini yang katanya kurang memiliki kemampuan teknis alias tidak begitu ahli menggambar disebabkan oleh kemajuan dan kemanjaan terhadap teknologi. Maka pilihan menantang peserta untuk hanya boleh menampilkan kehebatannya menggambar (membuat lukisan) menjadi masuk akal bukan?
Dan lihatlah hasilnya. 45 pelukis berusia 30 hingga 45 tahun --tentang rentang umur ini akan dijelaskan di alinea selanjutnya— berhasil melewati tantangan itu dengan sempurna. Mari kita periksa beberapa di antaranya. Karya Agus TBR berjudul "Little Heaven" tak hanya sekadar sempurna secara teknis, bahkan sangat cerdas menggambarkan surga kecilnya. Dan yang menarik pilihan surganya sangat khas 'orang kaya', yakni apalagi jika bukan ikan koi. Ampun Sutrisno yang sering dianggap sebagai perupa kelas dua kali ini menampilkan gambar berkelas satu berjudul "Agro Android". Sebuah sikap yang tegas sekaligus solusi cerdik bagaimana cara menaklukkan teknologi. Lalu perhatikanlah "Kamulah Masa Depan Mu" karya Erianto; sarat pesan tanpa harus menggurui.
Melalui "Rumah Cinta" Muji Harjo melafalkan puisi sangat syahdu dengan menyusun ribuan batang korek api. Akrobat teknis luar biasa ditunjukkan oleh Robi Fatoni lewat karya yang pesan dan judulnya sangat gamblang terbaca "Old Machine and Fresh Idea". Roy Karyadhi begitu genial, lewat symbolism sederhana ia mampu bicara sangat-sangat kontekstual di "Kisah Kasih Emprit Kaji dan Gereja". Laporan lebih dari sekadar jurnalistik tentang "Rain in May" digambarkan dengan sungguh memikat oleh Suharmanto. Dan lihatlah betapa cinta Maslihar kepada istrinya "Di Depan Pintu Terbuka" .
Secara umum perupa yang terpilih di pameran tahunan kali perdana ini berkualitas bagus serta memiliki setidaknya 4 kecerdasan. Pertama, ketrampilan teknik menggambar yang mumpuni. Kedua, kecerdasan dalam gagasan kemudian menjadikannya sebuah konsep yang kuat . Ketiga, pintar memilih judul dan terakhir mereka adalah pekerja keras yang kompak.
Apa hubungannya kerja keras yang kompak dengan YAA? Kami para penggagas, sejak awal berniat bikin kegiatan senirupa bermutu dan bersifat continue di ruang baru milik Sangkring Art Space. Maka kami memilih perupa terbaik yang sekaligus mau bekerjasama dan bekerja keras. Ini penting agar ia tidak hanya sekali berlangsung tetapi harus berkelanjutan. Kami memilih rentang usia 30-45 tahun dengan alasan sederhana; punya jam terbang yang cukup sebagai pelukis aktif (bukan mahasiswa atau fresh graduate. Untuk umur di bawah 30 tahun, Bale Banjar Sangkring akan menggelar Perupa Muda pada tanggal 11 September nanti) serta masih memiliki kebugaran untuk bergerak. Sejak peserta terpilih kami membagi tugas dalam artian sebenarnya. Jadi bukan peserta yang duduk manis, menyerahkan karya lalu datang pas di pembukaan saja. Seluruh rangkaian kesibukan yang dimulai di awal tahun ini hingga tersaji rapi di hadapan Anda adalah hasil kerja keras dan kekompakan seluruh peserta YAA.
YAA juga mengajak peserta sebaya dari kota lain agar terjadi saling intip. Apa yang dicapai oleh perupa Jogja akan semakin efektif terkabarkan. Dan sebaliknya pencapaian (sekadar contoh) Galuh Taji Malela dari Jakarta yang piawai menafsir sejarah secara adil bertanggungjawab plus artistik di "Perpisahan Sang Pangeran Sang Pengabdi" dapat kita saksikan secara langsung alias live dan sinyalnya tak putus-putus.
"Innamal A'malu Binniyat" sebuah hadist; sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya. Saya kutipkan sebagai penutup bukan semata kata inilah yang muncul di poster. Banyak hal indah seperti; maksud baik, kesungguhan hati, berpindah dari yang buruk ke yang baik, ketegasan sikap, harapan, kerja keras, doa tak berhenti, keselamatan di jalan Allah melekat pada kata NIAT ini. Jadi sesungguhnya YAA adalah hasil perbuatan sebuah ibadah; Amal. Nah pengamalan baik tersebut boleh dijadikan sebagai pengalaman untuk YAA #2 tahun depan. Semoga…
Yuswantoro Adi
--Sangkring Art Space
Nitiprayan Rt 1 Rw 20 No.88 Ngestiharjo, Kasihan Bantul Yogyakarta 55182
Telp : (0274) 381032 ;
Fax :(0274) 381032
Email : sangkring@gmail.com
Web : www.sangkringartspace.netOpening Hours : Monday - Saturday 10 am - 6 pmClosed on : Sunday and Public Holiday
SmArt Dialogue #10 : Seek a seek
Wednesday, May 18, 2016
"IDOLA REMAJA SENI" ERVANCEHAVEFUN X SEBTIAN | Thusday, 19 Mei 2016
> INVITATION
>
> "IDOLA REMAJA SENI"
> ERVANCEHAVEFUN X SEBTIAN
> Penulis : Sita Sarit & Huhum Hambilly
>
> OPENING : Thusday, 19 Mei 2016
> 19.00 wib
>
> Merchandise :
> Lokalis
> Goodwerkpin
> RARedition
>
> Exhibition : 20 - 30 May 2016
> Open Daily : Monday - Saturday | 11.00 - 18.00
>
> IDOLISASI DAN IKONISASI NGEPOP
> Oleh : Sita Sarit
>
> Perbincangan mengenai idol, ikon dan nilai ini sedikit banyak disinggung oleh Sebtian dan Ervance dalam karyanya yang berwarna pop, membincangkan tokoh-tokoh ikonik : Kurt Cobain, Guy Fawkes, Nelson Mandela, dan Andy Warhol si raja panggung pop-art. Obrolan kami mengenai idol dan ikon kemudian merambah pada obyek non-manusia seperti objek alam dan binatang ketika Ervance mengusung pendapat bahwa perlu disinyalir nilai-nilai yang terdapat di diri sang pujaan, bisa jadi juga dikandung oleh pribadi-pribadi lain bahkan juga benda-benda alam. Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaiamana Sebtian dan Ervance kemudian menggunakan imaji dan teks untuk menjelaskan perihal idol dan ikon ini?
> Baik Sebtian dan Ervance menunjukkan karya-karya akrilik di atas kanvas, kebanyakan dalam permainan garis dan warna tegas nan mencolok, dipengaruhi genre pop-art, low-brow, atau pop-surealis macam Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Frank Stella, Sol Lewitt dan kawan-kawannya. Gaya-gaya pop tidak bisa tidak menginspirasi Sebtian dan Ervance karena latar belakang studi desain mereka. Nyatanya, kebanyakan inisiator gaya pop art dunia memang mempunyai latar belakang dari seni industrial desain.
>
>
> GENERASI MUDI SENI KINI
> Oleh : Huhum Hambilly
> Generasi muda, umur produktif, usia matang, tenaga berlebih, bebas, lepas, liar,… Muda adalah posisi di mana sekian beban ditanggungkan. Celakanya, zaman senantiasa menagih apa-apa saja dari para muda untuk turut dalam festival agung bernama 'sejarah'. Dalam medan sosial seni, barangkali usia tidak menjadi soal, masing-masing baik tua ataupun muda memiliki hak yang sama dalam berbagai aspek: ruang, tema, isi, gaya dan sebagainya.
>
> Gigi pertama, melihat pencapaian visual Ervance sebenarnya masih meragukan. Kita memahami Ervance sejauh ini adalah sebagai orang yang banyak bertanggung jawab atas kerja-kerja organisator suatu gelaran seni. Bisa dibayangkan dalam satu momen misalnya, ketika ia menjadi ketua panitia pameran Art For Orangutan di Jogja National Museum, 2015 . Karya macam apa yang berhasil dipamerkan Ervance ketika harus berhadapan dengan aktifitas seperti mengonsep acara, mengundang para peserta pameran, mencari kawan, partner sekaligus sponsor.
>
> Lanjut gigi, yang boleh diketahui dari Sebtian bahwasannya ia adalah Cobainisme. Ia terkagum-kagum atas spirit kreatif dedengkot grunge asal amerika bernama Kurt Cobain. Aksi yang semaunya sendiri, sembarangan, simple, sederhana namun pasti dan jelas. Begitu lainnya, seniman macam Basquiat, Eddie Harra, dan Bob Sick di mata sebtian adalah lelucon, ia mendapat hiburan sekaligus pemaknaan atas citraan visual tokoh-tokoh tadi. Ketika berdiskusi tentang apa-apa visual yang disukai, Sebtian hanya tertawa atas kekagumannya, sama seperti halnya ketika ia tertawai hasil kerjanya sendiri.
>
> GILA gigi nyala
>
> giginyala@gmail.com
> +62 857 4799 5270
> instagram : Giginyala
> twitter : @gilagiginyala
> fb : gigi nyala
>
Saturday, May 14, 2016
Pembukaan Pameran "IDOLA REMAJA NYENI" | Kamis, 19 Mei 2016
> Teman-teman diundang untuk hadir pada pembukaan pameran
> "IDOLA REMAJA NYENI" | ERVANCEHAVEFUN X SEBTIAN
> Penulis : Sita Sarit & Huhum Hambilly
>
>
>
>
>
> Pembukaan : Kamis, 19 Mei 2016
> |
> 19.00 wib
>
> Lapak Merchandise :
> Lokalis
> Goodwerkpin
> RARedition
>
> Pameran : 20 - 30 Mei 2016
> Buka : Senin - Sabtu | 11.00 - 18.00
>
> IDOLISASI DAN IKONISASI NGEPOP
> Oleh Sita Sarit
> Perbincangan mengenai idol, ikon dan nilai ini sedikit banyak disinggung oleh Sebtian dan Ervance dalam karyanya yang berwarna pop, membincangkan tokoh-tokoh ikonik : Kurt Cobain, Guy Fawkes, Nelson Mandela, dan Andy Warhol si raja panggung pop-art. Obrolan kami mengenai idol dan ikon kemudian merambah pada obyek non-manusia seperti objek alam dan binatang ketika Ervance mengusung pendapat bahwa perlu disinyalir nilai-nilai yang terdapat di diri sang pujaan, bisa jadi juga dikandung oleh pribadi-pribadi lain bahkan juga benda-benda alam. Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaiamana Sebtian dan Ervance kemudian menggunakan imaji dan teks untuk menjelaskan perihal idol dan ikon ini?
> Baik Sebtian dan Ervance menunjukkan karya-karya akrilik di atas kanvas, kebanyakan dalam permainan garis dan warna tegas nan mencolok, dipengaruhi genre pop-art, low-brow, atau pop-surealis macam Andy Warhol, Roy Lichtenstein, Frank Stella, Sol Lewitt dan kawan-kawannya. Gaya-gaya pop tidak bisa tidak menginspirasi Sebtian dan Ervance karena latar belakang studi desain mereka. Nyatanya, kebanyakan inisiator gaya pop art dunia memang mempunyai latar belakang dari seni industrial desain.
>
>
> GENERASI MUDI SENI KINI
> Oleh : Huhum Hambilly
> Generasi muda, umur produktif, usia matang, tenaga berlebih, bebas, lepas, liar,… Muda adalah posisi di mana sekian beban ditanggungkan. Celakanya, zaman senantiasa menagih apa-apa saja dari para muda untuk turut dalam festival agung bernama 'sejarah'. Dalam medan sosial seni, barangkali usia tidak menjadi soal, masing-masing baik tua ataupun muda memiliki hak yang sama dalam berbagai aspek: ruang, tema, isi, gaya dan sebagainya.
>
> Gigi pertama, melihat pencapaian visual Ervance sebenarnya masih meragukan. Kita memahami Ervance sejauh ini adalah sebagai orang yang banyak bertanggung jawab atas kerja-kerja organisator suatu gelaran seni. Bisa dibayangkan dalam satu momen misalnya, ketika ia menjadi ketua panitia pameran Art For Orangutan di Jogja National Museum, 2015 . Karya macam apa yang berhasil dipamerkan Ervance ketika harus berhadapan dengan aktifitas seperti mengonsep acara, mengundang para peserta pameran, mencari kawan, partner sekaligus sponsor.
>
> Lanjut gigi, yang boleh diketahui dari Sebtian bahwasannya ia adalah Cobainisme. Ia terkagum-kagum atas spirit kreatif dedengkot grunge asal amerika bernama Kurt Cobain. Aksi yang semaunya sendiri, sembarangan, simple, sederhana namun pasti dan jelas. Begitu lainnya, seniman macam Basquiat, Eddie Harra, dan Bob Sick di mata sebtian adalah lelucon, ia mendapat hiburan sekaligus pemaknaan atas citraan visual tokoh-tokoh tadi. Ketika berdiskusi tentang apa-apa visual yang disukai, Sebtian hanya tertawa atas kekagumannya, sama seperti halnya ketika ia tertawai hasil kerjanya sendiri.
>
>
>
> I AM - Independent Art-space & Management
> Jl. Nagan Lor no.25, Kraton, Yogyakarta 55133, INDONESIA