Wednesday, September 2, 2015

Jakarta | Minggu 6 Sep 2015 | Diskusi dan Pemutaran Film"MURUDEKA 17805"




https://www.facebook.com/events/598564633614773/

View this email in your browser

https://www.facebook.com/events/598564633614773/

Merayakan kemajemukan pada peringatan HUT ke-70 RI
Kantor Berita Antara bekerjasama dengan Museum Bronbeek Belanda serta didukung Yayasan Bung Karno
mengundang Anda untuk menghadiri:

Pemutaran Film:
Minggu, 6 September 2015,15:00 WIB
MURUDEKA 17805 atau Merdeka 17845
dirilis 2001.

Sutradara: Yukio Fuji.  Penulis Skenario : Ishimatsu Aibutsu. Pelaku lakon: Yundai Yamada, Lola Amaria, Muhammad Iqbal, Naoki Hosaka, Koji Tsukamoto. Musik Ryouichi Kuniyoshi. Sinematografi Kenji Takama Produksi Tokyo film Production

Film ini merupakan produksi Jepang yang berkolaborasi dengan Indonesia. Landasan cerita diangkat dari kisah nyata sejumlah serdadu elit Dai Nippon dari Tentara ke-16 yang turut berperang di pihak Republik dalam perang Kemerdekaan pada tahun 1945. Dengan bumbu romansa percintaan yang melibatkan seorang prajurit kekaisaran yang jatuh cinta dengan perawat Indonesia dalam medan laga yang sama. Film ini masuk dalam kategori kontroversial karena Jepang ditampilkan bak dewa penolong hingga kemerdekaan tercapai. Namun sejarah memang penuh paradoks. Kenyataan bahwa lagu Indonesia Raya dengan bebas dinyanyikan hanya bisa terjadi pada era pendudukan Jepang. Sejarah medan laga selalu dekat dengan propaganda dari pihak-pihak yang bertikai. Pada masa pendudukan Jepang, propaganda Belanda juga menyelinap bersama angin kesempatan. Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Soemadi Brotodiningrat sempat melayangkan surat protes kepada produser film Katsuaki Asano untuk membuang adegan yang menurutnya merendahkan bangsa Indonesia. Scene yang dimaksud adalah adegan seorang nenek tua Indonesia mencium kaki tentara Jepang sebagai pembuka film. Dia adalah seorang penyambut kala pendaratan tentara Dai Nippon di pantai Jawa. Pengarah lakon mengaitkan adegan tersebut dengan ramalan Jayabaya tentang akan datangnya orang-orang kuning sebagai juru selamat di tanah Jawa. Protes sang Dubes tampaknya tak berhasil. Saat premiere pada awal 2001 adegan-adegan kontroversial versi Dubes tetap tampil merdeka saat penayangan.

Pemutaran film ini akan ditutup dengan diskusi oleh: pembicara Bonnie Triyana (sejarawan UnDip, pendiri situs dan majalah  sejarah Historia) dan
Lola Amaria (sutradara dan produser film) dengan
Dyah Sulistyorini (moderator, Kantor Berita Antara)



Galeri Foto Jurnalistik Antara
Jl.Antara 59,Pasar Baru ,Jakarta 10710
T/F:021-3458771; www.gfja.org

Acara Gratis/Terbuka untuk umum

Didukung oleh:

Yayasan Bung Karno
IPC -Emerging Trade Emerging Indonesia
House of Sampoerna
Harapan Prima-Offset Printing
Paperina-fancy papers for creative people
Persatuan Filateli Indonesia
Leica Store Indonesia
Globe-Digital Imaging
Garuda Indonesia-The Airline of Indonesia
Citilink
Manticore Studio
MAEN Foundation
Masyarakat Fotografi Indonesia
Smartfren
VSEE
Blues4Freedom
Neo Journalism Club

Share
+1
Tweet
Forward

Copyright © 2015 Galeri Foto Jurnalistik Antara, All rights reserved.
Anda menerima email ini karena terdaftar pada buku kunjungan tamu di pameran kami atau rekomendasi dari sahabat GFJA. Anda memiliki opsi untuk tidak menerima email ini di kemudian hari dengan memilih tautan unsubscribe dibawah ini.

Galeri Foto Jurnalistik Antara
Jalan Antara no.59
Pasar Baru
Jakarta 10710
Indonesia

Add us to your address book


unsubscribe from this list    update subscription preferences

Email Marketing Powered by MailChimp

No comments:

Post a Comment